09. How Does It Feels?

6.9K 586 333
                                    

terima kasih untuk @Eve_Tin_02 yang sudah memberitahu sesuatu xixi.

-

Enjoy!

Hampir dua minggu setelah kejadian itu, dan Sarada masih bergeming. Entahlah. Sarada kini hanya menatap rak berisi kardus susu bubuk di hadapannya. Hari ini ia memutuskan belanja, sendirian.

Pandangan Sarada jatuh pada kardus susu ibu hamil. Sarada tersenyum tipis.

Enak coklat atau stroberi, ya? Vanila enak tidak, ya?

Sarada memutuskan mengambil semuanya. Ia mendorong troli sambil tersenyum senang. Menatap perutnya yang jelas masih rata.

Entah mengapa ia begitu yakin, akan ada kehidupan lain yang tumbuh berkembang di rahimnya.

Insting seorang calon ibu, mungkin?

"Bu, ini suplemen ibu hamilnya sekalian?" Seorang SPG menghampiri Sarada begitu tahu Sarada mengambil kotak susu ibu hamil. Sarada tersenyum senang, menganggukkan kepala.

"Boleh, Mbak. Aku ambil sekotak, ya?"

"Iya, Bu. Semoga dedek bayinya sehat-sehat terus, ya!"

Sarada menyunggingkan senyumnya. Adek bayi. Ah. Membayangkan anaknya nanti saja Sarada sudah tersenyum sendiri.

Bagaimana rupa anaknya nanti?

Kenyataan tentang perceraian yang di depan mata membuatnya tersenyum getir. Ya, setidaknya, kalau ia memang tidak bisa mempertahankan pernikahan ini, dia akan mempunyai seseorang yang jelas akan mendukungnya, bukan?

Sarada yakin, tidak ada anak yang akan membenci ibunya.

Anak yang lahir kelak akan menjadi penyemangatnya. Sarada tidak akan mempermasalahkan apabila rupanya begitu mirip dengan Boruto. Toh, itu memang anak Boruto juga. Sarada hanya berharap Boruto mau menemui anaknya.

Lagi pula, Sarada yakin. Mungkin sesaat setelah bercerai, Boruto akan melamar Sumire. Bila memang Boruto tidak mau mengakui anaknya, tidak apa-apa. Anaknya bisa menyandang marga Uchiha, bukan?

Sarada terkekeh, mengedipkan mata, membuyarkan lamunannya.

Ia harus segera pulang. Boruto bisa kelaparan kalau tidak menemukan makanan saat pulang ke rumah.

Lagi-lagi Sarada melengos pelan.

Bisakah ia mencoba untuk tidak peduli, sekali saja? Bisakah ia mencoba untuk jadi orang jahat, sekali saja?

Tapi kenapa rasanya ia tidak mampu?

Sarada mengusap kelopak matanya perlahan.

Tidak ada yang perlu ditangisi.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[END] When I Married You | BoruSara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang