"Sarada!!"
Boruto terduduk, lututnya bersimpuh, jatuh di lantai begitu saja. Tangisnya begitu deras, air matanya berderai begitu kencang. Mulutnya kelu, hatinya pilu. Baru saja ia mendengar suara istrinya, dan kini istrinya terpejam begitu saja.
Tangannya meraih pegangan ranjang rumah sakit yang begitu dingin.
"Bangun, Sayang. Kita besarin anak kita bareng-bareng. Kamu enggak boleh tidur, kamu harus bangun, Sayang ..." Suara serak Boruto begitu parau. Tangannya menggapai jemari dingin Sarada yang sudah kaku. Mulutnya bergetar kencang.
Boruto menggelengkan kepalanya kuat-kuat, berdiri di tempatnya. Jemarinya mengusap dahi sang istri, menyingkirkan anak rambut yang menutupi dahinya.
"Bangun, Sayang. Kamu enggak boleh tidur, kamu harus bangun! Kamu harus bangun!" Suara parau Boruto begitu pilu, pria kuning itu melolong kencang.
Meringis, mulutnya bergetar kencang. Terisak, bajunya sudah basah oleh air mata yang terus-terusan menetes. Jemari kekarnya masih mengelus dahi istrinya, tergugu tak terima.
"Sayang, ayo bangun ... Kalo kamu marah sama aku karena kelakuan aku yang dulu-dulu, maaf ... Ayo bangun, Sarada! Kamu enggak bisa tinggalin aku gitu aja ..." Boruto kian terisak di tempatnya. Kakinya lemas, dadanya begitu sesak.
"Jangan pergi, Sayang. Jangan pergi ..."
"Kalo kamu pergi, harus kemana aku cari jalan pulang? Ke mana lagi aku harus kembali?"
Tubuh Boruto melemas, merosot di lantai. Menggigit bibirnya penuh lara, hatinya begitu sesak namun ia benar-benar tak berdaya.
"Jangan pergi, Sayang ... Aku enggak tau kemana harus pulang tanpa kamu ..."
Boruto tersentak saat tepukan tangan Sasuke membangunkannya. Sasuke dan Sakura datang berkunjung, menengok putrinya yang sebentar lagi lahiran.
Boruto membulatkan mata, tubuhnya sigap, kepalanya menoleh ke arah ranjang Sarada yang kini kosong. Boruto melotot, menatap horor sekitar, membuat Sasuke mengernyit bingung.
"Kamu kenapa, Mini Dobe?" Suara tegas mertuanya menyadarkan jiwa. Boruto masih melotot, kepalanya menoleh ke arah Sasuke.
"Sarada ... Di mana Sarada, Pa?" tanya Boruto cemas, matanya memicing menatap Sasuke intens. Sasuke mengembuskan napas kasar, mendecakkan lidah sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Kamu pasti habis mimpi buruk," tebak Sasuke sambil menjitak dahi menantunya, membuat Boruto mengaduh kesakitan. Sasuke hanya tersenyum tipis melihat kelakuan menantunya.
"Sarada ... Sarada ke mana, Pa?" cecar Boruto lagi. Sasuke menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Istrimu itu ke kamar mandi, Boruto. Sebentar lagi dia mau operasi. Kau lupa?" Sasuke mendecakkan lidah. Sakura sedang bertemu dengan dokter kandungan anaknya, dan ia menemukan Boruto tertidur dengan kepala menyender di pegangan sofa. Miris.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] When I Married You | BoruSara
Ficción GeneralMenikah karena perjodohan jelas bukan impian Boruto, mengingat Boruto sudah memiliki kekasih. Sarada yang mencintai Boruto hanya bisa pasrah saat suaminya memiliki kekasih saat ia sudah memiliki istri. Apakah mereka mampu mempertahankan pernikahan m...