23. Cuti dan Salju

6.3K 467 241
                                    

Boruto kembali menuntun Sarada berjalan, lalu membantu Sarada tiduran di atas ranjang. Mereka baru saja pulang dari rumah Namikaze, setelah sebelumnya mampir ke bank untuk membayar SPP dan biaya cuti.

Boruto menatap Sarada khawatir.

Bagaimana tidak khawatir?!

Sarada sudah memejamkan mata lelah. Kepalanya pusing, dadanya nyeri. Itu salah satu efek anemia juga. Anemia pada ibu hamil memang semenyeramkan itu.

"Salad, aku keluar dulu, ya. Mau kerja," pamit Boruto. Sarada hanya mengangguk kecil. Kepalanya pusing sekali.

Boruto mengambil laptopnya dan duduk di kursi makan. Laptop ia taruh di meja, lalu ia nyalakan. Kondisi Sarada yang semakin parah, Sarada dan anak mereka jelas membutuhkan biaya besar.

Boruto mengembuskan napas lelah. Ia tak menyangka menjadi kepala keluarga akan sesusah ini.

Tapi sejenak kemudian, senyumnya terkembang lebar.

Bukankah dia sudah bertekad?

Bukankah ini konsekuensi yang harus ia jalani?

Boruto percaya, ketika kita percaya pada Tuhan bahwa semua akan baik-baik saja, maka itulah yang akan terjadi. Boruto percaya itu.

"Eh, kalian kenapa ngundang kami ke sini?" Yodo mengerutkan dahinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Eh, kalian kenapa ngundang kami ke sini?" Yodo mengerutkan dahinya. Mereka semua diundang ke restoran dekat kampus.

Ada Yodo, ada Shikadai. Chocho, Shinki, Inojin, dan Mitsuki. Boruto dan Sarada yang duduk bersebelahan sama-sama tersenyum hangat.

"Itu, Yod. Gue mau pamit cuti, sama minta doa ke kalian semua." Sarada tersenyum hangat, menyenderkan kepalanya ke senderan sofa. Mitsuki tersenyum manis melihat Boruto yang tampak care sekali pada Sarada.

"Kalo Boruto udah nyadar, gue ikut seneng, Sar." Inojin tersenyum manis, walaupun senyum itu tetap menyebalkan bagi yang melihat.

Sarada menganggukkan kepalanya. Chocho terperangah bingung. Shinki hanya tersenyum samar. Shikadai dan Yodo menghela napas panjang.

Shikadai sudah bisa menebak alasan Sarada cuti. Yodo, setelah melihat bagaimana Sarada pingsan kemarin, Yodo yakin Sarada tidak baik-baik saja.

"Kemungkinan besar Sarada baru balik kuliah taun depan, jadi nggak bareng kita." Boruto tersenyum kecut, merasa bersalah.

Andai dulu gue nggak bodoh, Sarada nggak bakal kayak gini.

"Lo baik-baik aja, 'kan, Sar? Lo nggak sakit gimana-gimana, 'kan?" tanya Chocho. Iris coklatnya menatap Sarada khawatir. Namun Sarada hanya menggeleng pelan.

"Gue nggak apa-apa, Cho. Dokter bilang gue cuma butuh istirahat total aja. Jadi gue cuti, deh." Sarada tersenyum hangat, berusaha meyakinkan semua bahwa ia benar-benar baik-baik saja.

[END] When I Married You | BoruSara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang