Boruto mengembangkan senyumnya melihat wanita berambut indigo sebahu yang kini sedang menata makanan di atas meja."Ibu, udah dateng dari jam berapa?" tanya Boruto, mengambil kursi dan duduk di meja makan. Hinata tersenyum membalas Boruto.
"Udah dari tadi. Ibu tadi masak sama Sarada, ini Ibu bikinin burger. Kamu suka, kan? Sama ini sirup. Terus yang disana air putih, nanti kalo kepanasan minum yang di teko aja, ya," titah Hinata, yang diangguki polos oleh Boruto.
Hinata tersenyum tipis. Boruto memang tidak peka dan gampang dibodohi. Jadi rencananya akan berhasil kalau Boruto benar-benar meminum semuanya.
"Eh, Boruto, Ibu mau tanya, boleh?" tanya Hinata, mengambil kursi di seberang Boruto.
Melihat tingkah-laku Sarada saat Boruto pulang, tidak mungkin Sarada yang menggugat cerai, bukan? Sarada bahkan selalu memperhatikan Boruto. Selalu menyiapkan semuanya. Selalu ..., ah. Hinata seperti melihat refleksi dirinya dulu.
Tidak lain tidak bukan karena Boruto itu duplikat sempurna dari Namikaze Naruto yang tampak kharismatik di luar rumah, namun begitu manja saat sampai di dalam rumah.
"Kenapa, Bu? Mau tanya ya tanya aja, nggak apa," balas Boruto membolehkan. Hinata kini menatap lamat-lamat figur anak sulungnya.
"Biasanya kamu selalu begini sama Sarada?" tanya Hinata lugas tanpa basa-basi, membuat Boruto mengernyitkan kening bingung.
"Begini apanya, Bu?"
"Begini, loh. Selama ini, yang ngerjain pekerjaan rumah siapa? Kalian 'kan nggak punya pembantu," ucap Hinata memperjelas kalimatnya. Boruto tersenyum polos.
"Sarada, lah. Dia juga yang selama ini ngelakuin semuanya, kok. Tanpa diminta. Paling aku ngasih uang ke dia buat belanja, atau mungkin dia nitip makanan kesukaannya. Dia selalu pulang lebih awal dari aku, Bu. Palingan sesekali doang dia pulang telat," jelas Boruto runtut, rona antusias memenuhi wajahnya saat menjelaskan tentang Sarada, membuat Hinata hampir menepuk dahinya.
"Terus kamu nggak niat bantuin gitu, Boruto? Kamu bisa bantuin nyapu sesekali, bantuin ngepel. Bantuin nyuci. Yang nyuci pakaian dalam kamu siapa, emangnya? Sarada? Apa nggak malu?" tanya Hinata, tajam. Hinata ingin dengan sengaja Boruto mengakui sesuatu tentang Sarada, sekaligus mendidik putra sulungnya itu tentang cara berumah tangga yang baik dan benar.
Karena rumah tangga itu bekerjasama, bukan yang satu kerja yang satu enak-enakan.
Dan Hinata rasa, sepertinya Boruto kelewatan.
"Ya, Sarada yang nyuciin. Kenapa harus malu? Dia 'kan istriku, Bu," jawab Boruto santai, yang membuat mata Hinata terbelalak.
"Sebentar lagi dia mantan istrimu, Boruto. Belajarlah untuk mengurus diri kamu sendiri. Kalo kamu kayak gini terus, yakin mau pisah sama Sarada?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] When I Married You | BoruSara
Ficção GeralMenikah karena perjodohan jelas bukan impian Boruto, mengingat Boruto sudah memiliki kekasih. Sarada yang mencintai Boruto hanya bisa pasrah saat suaminya memiliki kekasih saat ia sudah memiliki istri. Apakah mereka mampu mempertahankan pernikahan m...