03. Boruto Bodoh

6.7K 605 293
                                    

warning : harsh word!

-

Kantin fakultas bisnis sudah ramai. Boruto duduk di salah satu kursi, dengan Shikadai dan Inojin di hadapannya. Dan kali ini ada Mitsuki.

Ya. Mitsuki dekat dengan Boruto. Tapi semenjak Boruto berpacaran dengan Sumire, ikatan mereka sedikit merenggang.

Bagaimana pula? Mitsuki tahu Boruto sudah memiliki Sarada, sah secara hukum dan agama, namun masih memacari gadis lain. Kurang apa?

"Eh, Shik, menurut lo gimana?" tanya Boruto tiba-tiba. Sontak Inojin dan Mitsuki yang awalnya sibuk dengan game masing-masing menoleh.

"Gimana apanya?" tanya Shikadai balik sambil mengerutkan dahi. Menatap Boruto heran.

"Em, kalo gue cerai. Menurut lo gimana?"

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Dan———

"LO SINTING APA GOBLOK?!" Suara pekikan Inojin menggema dari ujung ke ujung, membuat seisi kantin memandang ke arah pemuda putih pucat dengan tatapan heran.

Ganteng-ganteng kok ngegas, batin para mahasiswi.

Mitsuki mendengus, menepuk punggung tangan Inojin.  "Kayaknya lo yang sinting, deh. Liat, pada ngeliatin lo semua, kan," tegur Mitsuki. Inojin melengos.

"Mana gue peduli. Lagian, Boruto. Lo goblok apa sinting, gue tanya?!" cerca Inojin sadis. Pemuda berkulit putih pucat itu mengilatkan netra aquamarine miliknya.

"Yang sopan sama calon kakak ipar," balas Boruto santai. Inojin menggelengkan kepalanya.

"Ogah bener gue punya kakak ipar kayak lo. Hima gue ajak kawin lari aja, biar gue nggak punya kakak ipar kayak lo."

Gantian Boruto yang meradang mendengar perkataan Inojin yang super pedas seperti samyang level seratus. Shikadai menggelengkan kepalanya heran sambil melipat tangan di dada.

"Lo beneran mau cerai, Boruto?" tanya Shikadai, dengan nada malas. Ia percaya, mungkin Boruto cuma bercanda. Lagipula Boruto kan suka bercanda.

"Iya. Gue juga udah bilang sama Sarada. Minggu ini kita ke rumah Ayah, mau bicarain masalah perceraian kita."

"Sinting lo," umpat Shikadai mengikuti jejak Inojin. Melihat Boruto yang begitu santai mengucapkan kata 'cerai' membuatnya meradang.

"Heh, Boruto. Lo pikir nikah cuma sekadar mainan, gitu?" sinis Inojin lagi. Bagaimanapun ia tak habis pikir dengan jalan pikiran Boruto. Mitsuki mendengus, hanya diam memperhatikan percakapan mereka.

"Lagian gue juga nggak pernah tidur satu ranjang sama dia, Jin. Gue pisah kamar. Terus ya, gue nggak ada rasa sama dia. Daripada kayak gini terus, mending cerai, kan?" ujar Boruto santai, meminta pendapat. Mitsuki yang dari tadi diam mulai kesal.

"Goblok." Mitsuki mendengus, menatap netra biru Boruto sebal. Boruto menghela napas.

"Kalian kok jadi ngegoblok-goblokin gue, sih?" tanya Boruto bingung.

Sontak ketiga temannya itu melotot. Inojin dan Mitsuki marah, namun hanya diam. Shikadai menghela napas panjang, tak habis pikir dengan betapa pendeknya pikiran Boruto.

"Jangan bilang ini gara-gara Sumire, Bor?" tebak Shikadai. Boruto menggelengkan kepalanya mantap.

"Jangan neting, dong. Sumire aja nggak tau gue nikah, kan. Gimana dia mau nyuruh gue cerai. Gue cuma ngerasa nggak cocok aja gitu sama Sarada. Dia sahabat gue, Shik. Gue sama dia nggak lebih dari teman," ucap Boruto mengemukakan perasaannya. Mitsuki menghela napas panjang, lagi. Kekesalannya sudah sampai di ubun-ubun.

[END] When I Married You | BoruSara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang