22. Rumah Namikaze

6.3K 491 282
                                    


btw masuk notif, ngga? td uda kupub, trs ku unpub lagi karena gamasuk notifnya:(

-

Sarada mengambil mantelnya, lalu memakai syal di leher. Hari ini ia akan mengambil formulir pengajuan cuti, lalu ke rumah Namikaze bersama Boruto. Ia tinggal meminta tandatangan Kakashi sebagai pembimbing akademik.

"Sudah siap, Sayang?" Boruto masuk ke dalam kamar, mendapati Sarada sedang melingkarkan syal ke lehernya.

Akhir November yang dingin, namun tidak dengan hati mereka berdua. Perasaan yang tumbuh, berpilin, berkembang begitu besar. Merangkul jiwa mereka berdua, membuat suasana rumah mereka terasa begitu hangat.

Sarada menganggukkan kepala, tersenyum hangat. "Udah, kok. Yuk, berangkat?"

Boruto merangkul pinggang Sarada sampai ke mobil. Perut Sarada yang tampak besar, kenaikan berat badan Sarada, pipinya yang tambah tembam. Di mata Boruto, itu semua indah.

Karena kecantikan tidak melulu tentang fisik.

Karena esensi kecantikan sebenarnya adalah, bagaimana kamu mensyukuri apa yang sudah diberikan oleh Tuhan.

Boruto membuka pintu, Sarada masuk ke dalam mobil. Boruto melajukan mobilnya menuju gedung rektorat Universitas Tokyo, kampus mereka berdua.

"Salad, abis ini mau langsung minta tanda tangan Pak Kakashi atau mau ke rumah Namikaze aja?" tanya Boruto. Sarada menatap layar ponselnya, lalu berpikir sebentar.

"Kalo Pak Kakashi ada, langsung minta tanda tangan aja, Bolt. Abis itu langsung ke bank buat bayar administrasi sama SPP, Bolt. Aku udah ada uangnya, kok." Sarada tersenyum hangat. Boruto menganggukkan kepalanya.

Biaya studi mereka berdua memang masih ditanggung orangtua. Jadi Boruto tidak perlu khawatir. Hal yang perlu ia khawatirkan kini adalah tentang Sarada, tentang kesehatannya. Juga tentang anak mereka nanti.

Boruto sudah membeli beberapa saham menarik untuk investasi. Sambil berdoa agar harganya terus naik dan Boruto bisa menjual sahamnya dengan untung yang besar.

Boruto memarkirkan mobilnya di parkiran. Pria itu mengeratkan syalnya. Angin berembus lumayan kencang. Ia membukakan pintu untuk Sarada, menunggu istrinya keluar dari mobil.

Sarada menapakkan kakinya di pelataran kampus. Boruto menggenggam tangan istrinya hangat.

"Kamu siap, 'kan, Salad?" tanya Boruto, memantapkan hati Sarada.

Mengambil cuti kuliah dua semester berarti Sarada akan ketinggalan banyak. Ia harus meninggalkan kuliahnya. Ia akan berbaur dengan adik kelas nanti. Ia akan terlambat menyusun skripsi. Namun Sarada tersenyum mantap.

"Aku siap, Bolt."

Karena apa yang Sarada alami sekarang, adalah anugerah terindah yang belum tentu semua orang rasakan.

Dan sudah tugas Sarada untuk menjaga bayi yang ada di dalam kandungannya, agar bayi itu lahir dengan selamat ke dunia.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[END] When I Married You | BoruSara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang