10. Sensitif

7.2K 581 132
                                    

"Obat penurun panas apa, ya, Mbak?" tanya Boruto pada penjaga apotek. Awal musim dingin memang sedikit menusuk tulang, apalagi di malam hari. Boruto mengeratkan mantelnya.

"Untuk umur berapa, Mas? Anak kecil, atau remaja?" tanya penjaga apotek lagi. Boruto terdiam sebentar, mengingat umur Sarada.

"Untuk istri saya, Mbak. Dewasa. Yang sirup ada, nggak, Mbak?" tanya Boruto lagi, mendadak ia teringat Sarada yang tidak terlalu suka obat tablet. Penjaga apotek itu menganggukkan kepala tak yakin.

Pasalnya, rata-rata obat sirup itu untuk anak-anak. Dosisnya pun kecil, karena untuk anak-anak. Namun penjaga apotek itu langsung mengambil salah satu obat di etalase, lalu memberikannya pada Boruto.

"Ini, Mas. Dosisnya dua sendok makan, ya. Istri Mas seumuran Mas, 'kan? Ini obatnya." Penjaga apotek itu memberi obat, lalu Boruto mengeluarkan uang sambil menimang-nimang plastik berisi obat yang habis ia beli.

"Terima kasih sudah berbelanja."

Boruto meninggalkan apotek dengan perasaan bingung.

"Kenapa obatnya buat anak-anak gini? Emang Sarada bisa sembuh pake obat ginian?" Boruto bermonolog, namun segera ia menggelengkan kepalanya.

"Terserah, lah. Yang penting Sarada cepet sehat. Mending beli makan sekalian atau bikin, ya? Tapi kalo bikin, nanti pasti dapurnya kotor. Udah, lah. Beli aja."

Boruto menaruh sepatunya di rak, berjalan di lorong rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Boruto menaruh sepatunya di rak, berjalan di lorong rumahnya. Sesampainya di dapur Boruto langsung menaruh plastik berisi aluminium foil berisi sup dari kedai favorit Sarada. Zuppa soup. Sup krim yang atasnya dilapisi adonan pastry itu selalu jadi favorit Sarada, apalagi kalau wanita itu sedang sakit.

Boruto menghela napas, mengeluarkan wadah streofoam dari plastik, yang berisi sup yang tadi Boruto beli. Boruto sengaja membeli empat porsi, jadi kalau besok Sarada masih sakit, ia dan Sarada tidak akan kelaparan.

Boruto mengeluarkan obat dari dalam plastik. Kardus obat berwarna biru bergambar anak-anak itu benar-benar menyita perhatian Boruto.

Ini beneran obat Sarada bukan, ya?

Boruto langsung menata sup di meja, lalu melepas mantelnya dan berjalan menuju kamarnya untuk ganti baju. Pria itu mengganti bajunya dengan celana rumahan dan baju hangat, awal musim dingin Kota Tokyo memang tak terlalu menusuk tulang, tapi Boruto hanya ingin memakainya saja.

Mungkin Sarada kedinginan, kali, ya? Makanya sakit.

Boruto membuka pintu kamar Sarada. Wanita itu masih terlelap dengan selimut yang hampir menutupi seluruh tubuhnya.

Boruto berjalan pelan menuju sisi ranjang Sarada, lalu menempelkan punggung tangannya ke dahi Sarada yang masih hangat.

Atau jangan-jangan Sarada kena hipotermia, ya?

[END] When I Married You | BoruSara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang