6

1.8K 286 12
                                    

Tawa menggelegar terdengar riuh di ruang tamu rumah Jean sore itu. Kalian tentu bisa menebaknya, Filo yang tersungkur dari sofa sambil memegangi perutnya. Cowok itu bahkan tak berusaha menghentikan tawanya yang terdengar mengesalkan di telinga Jean.

Jean menghela nafas pelan. "Gue cerita gini bukan niat lo ketawain ya babi!"

Filo berusaha meredam tawanya. "Ahah.. aduh... Sumpah lo Jean. Miris amat njir, lo dulu aqiqah pake domba hago kan, ngaku lo."

"Gue mana pernah aqiqah budu, gue kan baptis!" Tak perlu pikir panjang, Jean melemparkan bantal sofa dan telak mengenai wajah tampan Filo. Harusnya Jean tau, menceritakan hal ini pada Filo hanya akan menambah bahan ledekan cowok itu padanya.

"Gue kudu gimana, Fi... Gue gak mau ya hidup ngenes kek di novel."

Filo nampak berpikir sejenak. "Hahaha.. hidup? Mimpi kali! Tapi gimana ya Jin, kalo lo jadi antagonis sih udah wajar, apalagi lo yang bikin konflik sama Ellya. Udah mati pun masih bikin masalah."

Jean frustasi. "Lah, terus lo pikir gue kudu lempeng nerima jalan cerita gue disana? Di real life aja gue gak bisa hidup tenang, udah rutin rajin minum obat aja tiba-tiba jantung gue kumat. Masa iya di mimpi sekalipun gue kudu nerima ending membagongkan kek gitu." Ia mendesah sambil mengusap mukanya pelan. "Lagian lo tau sendiri gue suka Reana lebih dari siapapun. Lo pikir gue bisa tiba-tiba suka ke Lordy gitu aja?"

Mendengarnya Filo diajak berpikir keras. Menurut apa yang ia dengar dari cerita Jean, cewek itu sama sekali tak takut, menyesal, atau memiliki perasaan ingin menjauh dari imajinasinya sendiri. Iya, fakta sebenarnya adalah bahwa Filo tak bisa mencerna mentah-mentah atau lebih tepatnya tak percaya pada semua penjelasan cewek itu.

Memangnya siapa yang percaya pada cerita yang terdengar seperti dongeng itu? Bermimpi dan hidup jadi tokoh novel? Ini bukan film bergenre fantasi romansa! Dimana tokoh yang datang tak diundang dari dunia luar menjadi cinta sang pemeran utama.

Ia menggaruk kepalanya pelan.
"Kalo gitu lo tinggal jauhin aja rute yang bikin lo kena masalah terus mati. Misal disana lo hamil terus bunuh diri, lo tinggal jangan bunuh diri. Lagian yang milih mati juga diri lo sendiri." Filo bahkan tak sempat berpikir ketika ia mengatakan hal ini.

"Ya lo mikir dong anjing, gue entar hamil tapi tunangan gue gak mau ngakuin, dihujat serumah, dicaci se-sekolah, parahnya lagi bapak aslinya bangsawan gak murni. Udah tuh, auto.."

"Auto?"

"Depresi."

Filo hampir terbahak bila saja suara tanya serius itu muncul di ujung ruang tamu.

"Siapa yang hamil?"

Jean dan Filo sama-sama melotot melihat keberadaan orang tua Jean yang memasang wajah penuh tanya. Diikuti Laura yang tiba-tiba muncul dengan ujung kepalanya mengintip keberadaan Filo dan Jean dibalik punggung orang tua Jean.

Mampus.. bagus banget timingnya.

Gadis itu tertawa garing. "Enggak, bunda. Kita lagi ngebayangin karakter di novel." Ujarnya nyengir sambil menunjukkan novel milik Laura yang direbut paksa oleh Jean dari tangan Filo.

Mendengar hal itu mereka nampak lega. "Omongan doa loh, sayang. Jangan ngomong yang aneh-aneh." Ujar ayah Jean sambil memeluk putrinya gemas.

Diperlakukan seperti itu di depan teman-temannya membuat Jean malu. "Kok gak manggil tadi pas kalian udah nyampek rumah?"

Wanita paruhbaya yang merupakan bunda Jean mencibir. "Udah dipanggilin, kamu aja sama Filo asik bercanda." Ujarnya memberikan kecupan ringan di dahi Jean.
"Kami bersih-bersih dulu ya."

Dream With SleepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang