7

1.7K 281 9
                                    

Mimpi buruk.

Semuanya terasa seperti mimpi buruk yang nyata.

Harusnya Tara tau, ia tak bisa tidur begitu saja dan terbangun sebagai Jean. Sebelumnya ia memang tak memikirkannya dengan benar, ia cuma ingin segera menyelesaikan ulangan bab karbon yang menghantuinya beberapa hari ini.

Kemudian ketika ia sadar, ia sudah terjebak pada lingkaran memuakkan yang makin hari makin menekannya. Menolak lamaran Lordy dengan tidak sopan tentu bukan tindakan bagus, ia harus menerima getahnya sendiri. Diceramahi, diberi wejangan, menerima keluhan orang tuanya selama berjam-jam sudah cukup untuk menyiksa psikisnya.

Gila, lama-lama tak hanya Tara saja yang gila, mungkin ketika Jean bangun ia juga harus pergi ke psikiater.

Gadis kecil itu mendesis di atas ranjangnya dengan seragam sekolah yang sudah rapi. 3 minggu sudah Jean habiskan dengan hidup di raga bocah 11 tahun ini. Tertekan sekali rasanya. Orang tuanya tak berhenti membujuknya untuk menerima lamaran dari pihak kerajaan.

Kalau kalian pikir setelah mendengar kata-kata Tara yang tak sopan pihak kerajaan akan menyerah begitu saja, kalian salah besar. Raja Albert cuma tersenyum miring sebelum akhirnya pamit. Beliau mengatakan bahwa ia akan tetap menunggu jawaban Tara hingga 1 bulan kedepan.

"Nona Muda, sudah saatnya untuk sarapan." Suara Hera mengembalikan Tara dari dunianya.

Tara masih tertunduk di ranjang, berpikir untuk menghindari pertemuan dengan kedua orang tuanya. Ia tahu melarikan diri tak akan menyelesaikan masalah, tapi setidaknya ia ingin melewati hari ini dengan damai tanpa harus mendapati tatapan kekecewaan dari orang tuanya. Kemudian alasan terbesarnya adalah ia sama sekali tak ingin mendengar hal-hal bagus yang akan didongengkan kedua orang tuanya tentang menjadi tunangan Tuan Muda Lordy.

"Apa mobilnya sudah siap?"

Hera tampak bingung mendengar pertanyaan Tara.

"Tapi Nona seharusnya sarapan-"

"Aku tak lapar, aku mau berangkat sekolah sekarang."

"Sekolah dimulai pada pukul-"

"Aku tau. Aku mau berangkat sekarang."

Tidak sopan. Mungkin kalau Hera punya derajat yang setidaknya setara dengan Tara, wanita itu tak akan sungkan mengareti bibir mungil Tara yang sedari tadi menyela omongannya. Ada sedikit raut kesal diwajahnya, dan Tara bisa melihatnya.

Wanita itu tak punya pilihan lain selain tersenyum pada Tara. "Seperti yang anda inginkan Nona muda."

Tara segera berlari keluar dengan menghiraukan panggilan Mamanya yang tak sengaja melihatnya berlari keluar. Saking terburu-burunya, ia bahkan sampai salah memasuki mobil yang seharusnya digunakan papanya ke kerajaan pagi ini. Tapi ia tak peduli.

"Sekolahku, Pak." Perintahnya.

"Tapi nona muda, mobil anda-"

"Papa bilang mau menggunakan mobil satunya."

Pria tua itu meski terlihat bingung tetap menjalankan mobilnya untuk keluar dari mansion keluarga Valerie.

Tentu saja tak akan ada yang bisa membantah perintah Nona Muda Tara.

Lega? Kata siapa. Detak jantung Tara berdebar kencang seolah organ itu bisa saja turun ke perut. Mungkin hari ini ia bisa menghindari mamanya, bagaimana dengan besok?

Tara bersandar pada jok mobil, menatap mobil yang seharusnya digunakan papanya ini terasa begitu luas. Padahal seingatnya mobil ini sama merk dan jenis dengan yang biasa mengantarkannya ke sekolah. Lalu apa yang salah?

Dream With SleepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang