16

1.6K 244 5
                                    

Aroma daging panggang di hadapan gadis itu begitu menggoda, asap tipis itu seolah mengundang lidah Tara untuk segera mencicipinya. Ia kemudian menatap mangkuk lain yang berisi sekelompok sayur hijau yang mendadak membuat Tara kehilangan nafsu makannya.

"Aku memang bilang ingin makan apapun, tapi aku tak bisa makan sayuran." Ia berkata sambil mendongak menatap Ellya yang masih berdiri di sampingnya dengan apron masaknya.

Itu benar, Tara meminta Ellya untuk memasakkan makan siang di asrama untuknya. Beberapa minggu terakhir ia selalu makan di luar dan itu sedikit menyedihkan karena ia jadi makan sendirian.

"Kenapa?" Tanyanya bingung.

"Apa maksudmu kenapa? Tentu saja karena mereka rasanya aneh."

"Tapi nona, anda sedang dalam masa pertumbuhan. Anda harus banyak makan sayur!"

"Dengar Ellya, daripada aku, kurasa kau lebih butuh sayuran ini untuk tumbuh." Ujarnya sambil memindai tubuh mungilnya dari atas sampai bawah.

Ellya kehilangan kata-katanya. Wajahnya tampak geram seolah ingin memukul kepala Tara dengan sendok sayur, tapi ia menahannya.

"Jangan mengumpatiku dengan tatapan matamu."

"Tapi saya akan sedih kalau nona tak menghabiskan makanannya."

"Oh tidak apa-apa. Aku suka melihatmu sedih dan menangis." Ujarnya enteng sambil mengiris daging diatas piring. Ia mengecapnya pelan, merasakan empuknya daging yang ternyata tak begitu buruk dan terkesan enak. Ia rasa Ellya punya bakat. Ia akan mempertimbangkannya kalau Ellya mau jadi maid di rumahnya.

"Anda begitu jahat."

Tara meletakkan garpu dan pisaunya. Ellya tersentak, merasa apa yang ia katakan baru saja melukai harga diri Tara.

Bangsawan tingkat dua itu mendongak lagi menatapnya. "Bukankah kau sudah tau kalau aku jahat dari dulu? Apa kau berpikir seseorang berubah begitu saja dan jadi baik?"

Tara benar, ia tahu gadis di depannya ini sudah jahat bahkan sebelum ia bisa berpikir. "Tidak, cuma orang bodoh yang percaya bahwa seseorang bisa berubah."

Tara tersenyum miring. "Aku salut kau memahami kata-kataku." Ujarnya sambil mengambil lagi sepotong daging diatas piring.
"Kau sudah tau seseorang tak akan bisa berubah begitu saja. Begitupun denganku. Dan aku tak bisa menolak kalau aku masih sama seperti dulu dan suka menyusahkanmu."

Raut wajah Ellya berubah. "Mengapa kau mengatakan hal ini padaku?"

"Yah.. aku tahu beberapa hal menyakitkan akan terjadi padaku. Aku harus berubah tapi aku tetaplah aku. Yang jelas aku tak akan menyakitimu. Kurasa itu cukup untuk bisa merubah segalanya."

Mungkin cara bicara Tara terkesan rumit dan sulit dipahami bagi Ellya. Tapi Tara memang sengaja melakukannya. Ia tak bisa menahan hasrat ingin menyakiti Ellya, tapi ia tak bisa menyakitinya. Lagipula bukankah gadis itu yang pasrah dan menyerahkan dirinya ke Tara? Ini kan bukan salahnya.

"Saya tak memahaminya, Nona."

Tara cuma mengendik, lalu memakan makanannya sebelum ia sadar kalau Ellya cuma berdiri di sampingnya sambil menontonnya makan. Ia berasa punya maid baru sekarang.

"Apa kau hanya memasak untukku?" Gadis itu mengangguk.
"Kenapa tak masak untuk dirimu juga?"

"Saya hanya akan makan ketika jam makan asrama."

Gila, manusia mana yang bisa makan 2 kali sehari? Pukul 7 pagi dan pukul 7 malam? Tidak, kalau Tara jelas harus 3 kali sehari. Jean bilang seperti itu, jadi ia juga mengikutinya saja.

Dream With SleepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang