13

1.5K 242 2
                                    

'Kok gitu si badak!'

'Dia harus bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Aku sudah bilang tak akan terlibat apapun dalam hidupnya maupun hidup Lordy.'

Jean tak lagi mengoceh dalam dirinya. Mungkin sudah menyerah untuk membujuk Tara.

Lagipula bukankah bodoh Ellya cuman diam dan tak melawan? Setidaknya ia bisa menendang tulang kering salah satu dari mereka dan kabur. Lagipula apa yang memberatkan, buku musik yang ia bawa pun cuma setengah dari jumlah keseluruhan serta tidak memberatkan.

Lihat, ia cuma terdiam sambil mengeratkan pegangannya pada buku ketika senior itu menjambak rambutnya, menamparnya, mengatainya dan berbagai pelecehan lainnya. Melihatnya membuat Tara tersenyum tipis, meski sedetik kemudian senyumnya pudar, berganti dengan raut wajah kesal yang membuatnya tampak kehilangan akal.

"Oh.. lihat. Ia membawa buku musik untuk teman sekelasnya."

"Harusnya anak jalang sepertinya tak diperbolehkan melakukan ini, atau ia akan merusak bukunya." Salah satu dari mereka kemudian menarik paksa buku-buku itu dari tangan Ellya meski cewek itu berusaha menahannya setengah mati.

Kemudian buku itu dijatuhkan, dan mereka menginjaknya sambil tertawa.

Tara rasa ia tak perlu berpikir dua kali untuk menarik leher salah satu dari mereka kemudian menamparnya.

"Tara.." Jerit Ellya. Ia nampak terkejut.

Gadis yang ditampar terduduk sambil memegangi pipinya, menatap terkejut pada bangsawan gila yang tiba-tiba menamparnya.

"Apa kau gila, sialan!"

Tara cuma tersenyum mengerikan kemudian menunduk menatap salah satu buku dimana ada namanya dan beberapa siswa lain di buku itu. Wah... Ia kesal sekali. Tanpa pikir panjang tangan kirinya meraih kerah salah satu dari dua senior yang terbengong sambil menatapnya.

"Seharusnya kalian tak melakukan itu pada buku musik. Apalagi ada namaku disana." Ia berbisik pelan pada senior itu sebelum mendorongnya dengan penuh kekuatan ke dinding. Sedangkan satu senior lainnya ia tendang tepat di ulu hatinya. Ketiganya memilih segera bangkit dan kabur. Mereka jelas tau siapa Tara yang berdiri di depan mereka.

Menyisakan ia, amarahnya, dan Ellya yang cuma diam.
"Ambil, bodoh!" Bentaknya dengan kesal.

Dengan tergopoh Ellya mengambil buku-buku yang sudah lusuh itu. Apalagi milik Tara. Lalu mengikuti Tara yang berjalan dengan cepat di sepanjang koridor. Ia tampak tak peduli pada Ellya yang merasakan kesakitan setelah kejadian tadi.

"Tara... Aku mau berterima kasih." Ujarnya tak terlalu keras, namun cukup jelas untuk sampai dan diproses oleh otak Tara.

Ia sontak berbalik, menatap Ellya dengan sorot marah di matanya. Tangan kanannya yang bebas kemudian menarik kerah seragam Ellya, mendorongnya hingga cewek itu terduduk di lantai. Ia meletakkan buku-bukunya dan mencengkeram lagi kerah seragam Ellya.

'Woi... Tara gila! Lo gak lupa sama prinsip lo kan?'

Tentu saja mereka jadi pusat perhatian. Mereka berdua berada di tengah koridor sekarang, dan jam istirahat sedang berlangsung.

"Kalau kau tidak bisa kabur setidaknya kau bisa melawan! Kau pikir apa yang akan mereka pikirkan jika kau cuma diam dan pasrah, hah? Kau pikir mereka akan segera melepaskanmu?" Ia mendesis dan menekankan setiap kata yang ia ucap.

"Maaf.. aku-"

"Hentikan permintaan maafmu yang tak masuk akal itu! Kau ingin aku memukulmu?"

Ellya bisa melihat seberapa kesalnya Tara dari matanya yang memerah, nafasnya yang tak beraturan, dan wajahnya yang terlihat merah padam. Semua ini salahnya.

Dream With SleepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang