21

1.5K 235 9
                                    

"Kau tau? Pangeran Lordy mendaftarkan dirinya dengan Ellya untuk pasangan akhir tahun."

"Aku benar-benar tak paham bagaimana cara bangsawan berpikir."

"Aku juga, entah bagaimana reaksi Nona Tara seandainya mengetahui kabar itu."

"Kalau begini, aku tak yakin bisa menang."

"Menyerahlah, pasti Pangeran Lordy dan Ellya yang akan menang."

Beginilah keadaan lorong sekolah setelah pekan ujian yang mencekik berakhir, tak ada pelajaran membuat siswa-siswi berkerumun di luar kelas sambil membicarakan apapun yang bisa mereka ceritakan. Entah itu benar, salah, baik, maupun buruk. Mereka tak peduli.

Telinga Tara jelas panas mendengar bagaimana namanya terus disebut disepanjang perjalanan menuju kelas. Padahal ia cuma jalan dan bernafas, tak membuka mulut. Bagaimana jadinya kalau ia menghujami manusia-manusia tak tahu diri itu dengan tatapan mautnya? Ia sudah menduga hal seperti ini akan terjadi mengingat statusnya. Lagi-lagi ini masalah status. Sialan.

'Kapan si pesta nya?'

'Entahlah, aku belum melihat pengumumannya.'

Kakinya ia langkahkan menuju papan pengumuman yang berisi pamflet pesta siswa yang diselenggarakan oleh pengurus siswa. Matanya menyipit membaca ulang rangkaian acara serta agenda yang dijadwalkan pada hari itu, namun begitu melihat tanggal pelaksanaannya ia langsung merasa familiar.

"23 Desember?" Tanpa sadar ia bergumam. Seingatnya ia juga punya jadwal menghadiri pesta pada hari itu. Tapi pesta apa ia lupa, yang jelas bukan pesta siswa.

"Apa kau juga akan mengikutinya?"

Tara menoleh, mendapati pangeran mahkota Kerajaan Losa berdiri di sampingnya sambil menatap papan pengumuman.

'Anjing cogan gue udah lama gak ketemu makin ganteng banget!'

Abaikan suara Jean yang norak.

"Pangeran Alven?"

Ia tersenyum, "Lama tak bertemu Nona Tara." Ia duduk setengah jongkok, hendak mencium punggung tangan Tara seperti yang biasa bangsawan lakukan.

Tara menarik tangannya risih. "Hentikan ini sekolah bukan istana." Malu dia dilihati siswa yang lewat.

Alven cuma tersenyum lalu berdiri. "Lama tak bertemu denganmu. Kau semakin cantik."

"Kau semakin tinggi."

"Aku tak bisa menghentikan pertumbuhan badanku."

"Lalu kau pikir aku bisa menghentikan pertumbuhan cantikku?"

Tara cuma tersenyum tipis, lalu berbalik menatap papan pengumuman sekali lagi, mengingat acara apa yang menunggunya di hari itu.

"Apa kau akan mengikutinya?"

"Tidak, aku kebetulan lewat dan membacanya."

'Lah, lo kemaren bilang kalo mau ikut?'

'Aku mengatakannya?'

'Iyalah.'

'Berarti aku bohong.'

"Mengapa tidak ikut?" Tara mengendik, itu merepotkan. Hidupnya sudah cukup repot tanpa mengikuti rangkaian acara melelahkan seperti itu. Ia cuma mau bersantai dan melakukan hal-hal ringan. Bernafas misalnya.
"Kupikir Lordy mengikutinya."

"Dia mengikutinya dengan orang lain." Kakinya melangkah menuju kelas diikuti Alven yang mengekorinya.

"Anak termuda keluarga Claude?"

Dream With SleepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang