Aroma citrus memasuki indra penciuman Ellya begitu ia memasuki kamar yang sudah disiapkan untuknya. Bibirnya terukir senyum kala mengingat aroma familiar ini begitu lekat dengan Tara. Apa semua ruangan di rumahnya juga beraroma seperti ini?
Tangannya membuka pintu balkon yang menghadap langsung kearah kolam yang sekitarnya ditumbuhi bunga. Terdapat gazebo kecil di sudut sana serta 2 kursi dan sebuah meja. Terlihat seperti rumah seorang bangsawan. Sekarang ketika Ellya disini, ia bisa merasakan seberapa nyata perbedaan dunia antara Tara dan dirinya.
Tangannya meraih pembatas balkon, menghirup udara segar yang beraroma dedaunan. Lalu membuang nafasnya dengan penuh perasaan, seolah ingin membuang segala kekalutan yang belakangan ini membebaninya. Samar-samar alunan piano terdengar di telinganya, begitu dekat. Ia menoleh, mendapati Tara yang berdiri di ambang pintu sambil bersidekap. Tatapannya.. entahlah, Ellya tak bisa mengartikannya.
"Ah.. maaf." Reflek saja itu terucap dari bibirnya.
Tara tampak mengernyit, "Untuk?"
"Aku rasa aku sudah banyak merepotkanmu."
"Oh kau sadar?"
Tara membuang mukanya, sepertinya ia benar-benar tak senang dengan kehadiran Ellya di rumahnya.
Ellya cuma bisa tertunduk dan sekali lagi permintaan maaf keluar dari mulutnya. "Maaf."
"Berhentilah meminta maaf. Itu bukan sesuatu yang harus membuatmu meminta maaf."
Lalu begitulah bagaimana suasana canggung diantara mereka mulai membeku, membuat keduanya sama-sama kikuk dan berakhir sambil menatap taman tanpa memandang satu sama lain.
"Itu, apa kau menyukai kamarmu?"
Ia mendapati Tara yang kali ini berdiri di belakang pembatas balkon sama sepertinya, menggaruk tengkuknya dengan tangan kiri dan berkedip cepat beberapa kali.
"Aku suka, baunya sepertimu."
"Apa maksudmu dengan baunya sepertiku?"
Ellya cuma tertawa melihat bagaimana wajah putih pucat tara tampak merah. "Tiap memasuki kamar asramamu aku selalu berpikir tentang aroma kamarmu, itu berbeda. Baunya seperti jeruk asam yang segar. Lalu ketika aku memasuki kamarku, aromanya sangat mirip."
"Aku tak pernah menyadarinya?" Lagi, ia menggaruk tengkuknya. "Jadi apa kau tak menyukainya? Aku bisa-"
"Ah tidak, aku menyukainya." Ah.. ia mengatakannya.
Sialll... Rasanya Ellya ingin menghilang. Entah mengapa ia jadi malu usai mengatakannya.
'Tokk.. tok...'
"Nona Ellya, kami sudah menyiapkan makan siang untuk anda." Salah satu asisten keluarga Valerie mengingatkannya.
"Baik, saya akan segera turun." Jawabnya sopan.
Tak berselang lama kemudian suara yang sama terdengar dari kamar sebelah.
"Nona Tara, kami-"
"Aku akan turun."
Bukankah tuan putri yang satu ini sangat tidak sopan?
"Kita harus segera turun." Ujarnya sambil berbalik.
Ellya harus melakukan beberapa hal sebelum turun, seperti mengganti bajunya dan memastikan penampilannya pantas untuk duduk satu meja makan dengan Tara. Begitu ia turun, ia disambut oleh seorang asisten yang memandunya ke ruang makan. Rumah Tara lebih besar 3 kali lipat dari rumah utama keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream With Sleep
FantasyDream With Sleep adalah novel karya Bolli Ethan yang ke-3 sekaligus terakhirnya sebelum sang penulis wafat. Kabarnya, novel ini mencari tumbal kematian tiap tahunnya. Namun bagaimana jadinya jika ternyata dibalik kematian itu ada kehidupan baru yang...