Aroma roti yang begitu nikmat membangunkan Jean dari tidurnya. Matanya berkedip beberapa kali sebelum menguceknya pelan. Ah... Tidur singkatnya.
Kakinya melangkah pelan menuruni ranjang, berjalan dengan gontai menuju sumber aroma yang begitu memikat itu.
"Bunda bikin kue?"
"Huum, cheese cake." Jean tersenyum.
"Itu kalo Laura nginep pasti sejam abis." Ujarnya sambil mendudukkan pantatnya di kursi dapur. Menonton dengan tenang mamanya yang baru saja mengangkat kue matang dari dalam oven dan kini tengah melepaskannnya dari wadah cetakan.
"Kamu panggil aja, kali aja dia mau nginep."
Jean terkekeh. "Mana boleh dia, Bun. Bentar lagi kan ujian. Pasti dia lagi kerja rodi ngehafalin materi."
"Nah, kamu gak belajar?"
"Apanya yang mau dipelajarin?"
"Ya materi ujiannya lah, sayang..."
"Gak ah, Bun. Nanti aku pinter."
Bunda Jean justru tertawa renyah sambil menepuk dahi. Anaknya benar-benar ajaib.
"Yaudah, tunggu di meja makan sana. Kita makan kuenya nunggu Ayah pulang. Bunda mau ngelanjutin platting nya.""Dih.. kayak chef resto aja." Cibirnya sambil beranjak dari kursi.
"Loh kamu gak tau?" Jean mengernyit mendengar pertanyaan bundanya.
"Gak tau apa, Bun?"
"Itu.. chef Renatta itu dulu berguru sama Bunda." Ujarnya dengan sok bangga.
Jean tertawa garing. Sekarang ia tahu darimana jiwa-jiwa narsis dalam dirinya berasal. Sudah pasti itu turunan dari bundanya lah, gak mungkin dari kerang ajaib yang tak nyata itu.
Selagi menunggu bundanya seperti yang diperintahkan, Jean kembali ke kamarnya mengambil novel kehidupannya di atas laci, lalu kembali turun dan duduk manis di meja makan. Tangannya membaca bab pertama novel. Lalu menuliskannya dalam sebuah buku catatan kecil yang ia selipkan diantara novel.
Bab 1
Pertemuan Tara dengan Ellya berlangsung 3x. 1x tumbukan, 1x perkenalan di kelas, dan 1x saat ia memanjat gerbang. Berdasarkan analisis, jika Tara membenci Ellya. Saat tumbukan 2 manusia, ia akan membentak dan memaki Ellya, perkenalan di kelas ia tak akan berulah soalnya jaim, ketiga di gerbang ia akan cemburu dan buru-buru ke kantor pembimbing. Namun semua berhasil di kalahkan oleh ranger blue Jean.
Note : Untung ada Jean ><
Jean menutup buku catatannya, lalu menaruhnya dan berganti dengan memegang novel tebal milik Bolli Ethan. Ia sama sekali tak bisa membayangkan apa yang penulis itu pikirkan saat menulis buku ini. Apa ia begitu menyukai tokoh Ellya dan Lordy? Apa ia membenci tokoh Tara? Mengapa ia membuat tokoh Tara menjadi antagonis yang sangat jahat? Mengapa ia membuat ending terbuka seperti itu? Apa ia tidak menyesal membuat sang protagonis kehilangan posisinya?
Tidak, ia paham kalau antagonis adalah tokoh yang sudah seharusnya bertentangan dengan sang protagonis. Tapi membuat sifatnya begitu jahat dan buruk dalam waktu bersamaan? Iblis saja harusnya insecure. Sampai Jean pikir, Tara pasti akan mati terbakar ketika dibaptis.
Helaan nafasnya terdengar begitu berat. 3 bulan mengalami mimpi horror Tara lumayan cukup untuk melatih kesabaran Jean. Setidaknya seburuk apapun sifat Tara seharusnya, ia tahu caranya mengontrol diri. Lagipula sebenarnya Tara tak seburuk itu. Sekalipun sikap arogannya sangat menganggu.
Terlebih ia begitu cengeng.
Ah... Bocil itu pasti akan memakinya ketika tahu Jean memikirkan hal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream With Sleep
FantasyDream With Sleep adalah novel karya Bolli Ethan yang ke-3 sekaligus terakhirnya sebelum sang penulis wafat. Kabarnya, novel ini mencari tumbal kematian tiap tahunnya. Namun bagaimana jadinya jika ternyata dibalik kematian itu ada kehidupan baru yang...