Tetesan air hujan yang turun dengan cukup deras pagi itu berhasil membuat suhu ruangan turun, menciptakan hawa dingin yang seolah mengajak seseorang di atas ranjang itu untuk kembali memasukkam tubuhnya ke dalam selimut tebal yang menjaganya sepanjang malam. Gadis itu mengucek matanya sekali-dua kali, lalu melirik jendela kamarnya yang gordennya tersibak menampakkan kaca berembun.
Ia harus mulai kembali ke asrama siang ini, tapi ia bahkan tak tahu apa yang harus ia bawa. Barang-barangnya yang ia bawa waktu itu belum dikembalikan detektif kerajaan usai dijadikan barang bukti.
Pada akhirnya ia keluar dari kamarnya, mendapati Tara yang sudah rapi dengan gaunnya tengah berdiri di depan kamarnya. Membawa tas jinjing kecil di tangannya.
Sekarang ia benar-benar terlihat seperti putri bangsawan yang anggun. Berbeda 180 derajat dengan beberapa hari terakhir sejak Ellya menginap di rumah ini, cewek itu terus berpakaian layaknya seorang gembel di pasar. Bahkan suara Perry yang menyuruh Tara mandi pagi seolah jadi musik latar pagi Ellya yang menemani hobi melukisnya. Pernah juga ia mendapati Tara turun tangga dari pembatasnya, berseluncur dengan mudah dengan pantatnya layaknya anak kecil, oh atau hal lucu lainnya adalah ketika makan Tara akan menaikkan dan menekuk kedua kakinya keatas kursi. Entah mengapa maidnya pun tak tampak ada yang keberatan, seolah sudah terbiasa melihat kelakuan aneh Tara.
Mereka hanya akan bergumam seperti, 'Ku harap Nona Jean bisa bersikap layaknya bangsawan pada umumnya' atau 'arwah gelandangan mana yang merasuki nona Jean.' Ellya tahu mereka sebenarnya sudah sangat lelah menghadapi Tara.
Mereka sering memanggil Tara dengan sebutan Nona Jean, dan ketika ia tanya Tara mengapa ia dipanggil begitu, gadis itu bilang bahwa ia punya banyak nama panggilan sejak kecil.
"Oh, kau sudah rapi."
Tara menatapnya dari atas sampai bawah, mungkin tengah memindai bagian mana dulu yang harus ia cibir.
"Kau jelek sekali." Mulutnya cabai sekali kan?
"Tentu saja, aku baru bangun dan belum mandi." Ia membela diri. "Kau mau kembali ke asrama sekarang?"
"Tidak, aku harus bertemu dengan seseorang. Aku akan kembali nanti sore."
"Nanti sore? Bukankah batas terakhir adalah nanti siang?"
"Ya lalu? Kau bisa kembali duluan kalau kau mau. Kau bisa meminta Pak sopir atau siapapun untuk mengantarkanmu."
Gadis itu lalu melirik arlojinya, kali ini berjalan menuruni tangga dengan buru-buru. Tak pamit pada Ellya atau mengatakan apapun sebelum pergi. Kaki Ellya mengikutinya hingga di ambang tangga, menatap punggung Tara yang semakin menjauh, lalu tiba-tiba rasa kehilangan hadir dalam benaknya. Bukankah ini berarti perpisahannya dengan Tara untuk hari ini, mungkin ia tak akan menemui kelakuan anehnya lagi begitu ia keluar dari sini.
"Itu tidak perlu" Ujarnya lirih, begitu lirih. Mungkin tak akan terdengar oleh Tara yang super tuli.
Tapi mungkin dugaannya salah, gadis itu berhenti, lalu berbalik menatapnya. "Kita akan pulang bersama, jadi tunggu aku!"
***
'Lo suka ya sama dia?'
'Apa maksudmu? Berhenti bicara omong kosong.'
Wajahnya tampak berseri dengan senyum manisnya yang menawan, menggandeng lengan kekar Pangeran Muda Lordy ketika acara sarapan pagi keluarga kerajaan baru selesai. Ada tiga keluarga disini, Raja dan Ratu, Perdana Menteri dan istrinya, beserta Tuan Nyonya Keluarga Valerie.
'Ya abisnya, kelakuan lo tuh keliatan banget kalo beda. Apalagi pas lagi ngobrol sama dia, bah.. keliatan banget malu-malu babinya.'
'Tidak, aku tidak menyukainya.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream With Sleep
FantasyDream With Sleep adalah novel karya Bolli Ethan yang ke-3 sekaligus terakhirnya sebelum sang penulis wafat. Kabarnya, novel ini mencari tumbal kematian tiap tahunnya. Namun bagaimana jadinya jika ternyata dibalik kematian itu ada kehidupan baru yang...