19

1.5K 229 12
                                    

Ini kue pancake yang dijual murah di salah satu cafe di sudut pasar. Rasanya begitu mewah, memiliki harga terjangkau, tempat strategis, dan punya live musik penyanyi klasik. Kalau ada kesempatan untuk selamat dari maut, sekalipun gelar bangsawannya akan dicabut, mungkin Tara akan mempertimbangkan untuk melamar kerja disini saja. Jadi pianis, kan gajinya lumayan.

"Aneh melihatmu diluar seperti ini." Ujar Tara usai menyuapkan sepotong pancake ke dalam mulutnya.

"Lebih aneh lagi melihat bangsawan wanita mengenakan celana gembel dan berjalan di tengah pasar sendirian."

Tara tersenyum kecil, "kau tau, Jean tersinggung kau mengatai celananya seperti itu?"

"Oh ya, mana tuan putri yang satu itu? Bukankah kita lama tak bertemu?"

"Ia bilang ia merindukanmu."

Nona Fon terbahak. "Serius nona? Kau atau nona Jean?"

"Aku tak akan bisa merindukanmu Fon, tidak dalam 1000 tahun yang akan datang."

"Aku akan menunggu 1001 tahun yang akan datang, hingga kau mau berkata kau merindukanku."

"Tidak." Tara mendengus lalu meminum jus jambu pesanannya.

"Bibi Diana akan berteriak jijik kalau melihat anaknya makan ditengah pasar dengan berpakaian seperti ini."

Tara sontak bergidik.
"Aku bisa membayangkannya, seketika aku merasa pusing." Setidaknya biarkan ia menikmati cara hidup seperti yang Jean ajarkan di sisa hidupnya. "Ngomong-ngomong apa yang kau lakukan disini?"

Fonella menolah kekanan kiri, memastikan tak ada pengunjung lain yang mendengarkan pembicaraan mereka.
"Keluarga Saesam. Mereka keluarga pedagang kaya yang tak memiliki darah bangsawan." Ia lalu mengeluarkan potret hitam putih keatas meja, seorang pria dengan kemeja putih sedang memasuki mobil sedan. "Putri tertua mereka Ellain menikah dengan Erbin Yoakins sedangkan putra mereka Ellsyan dijodohkan denganku."

"Wow, jadi kau benar-benar akan menikah?"

"Aku berusaha menggagalkannya sekarang. Jadi aku disini untuk menangkap pria itu dengan selingkuhannya."
Tara sontak celingak-celinguk mencari keberadaan pria bernama Ellsyan itu.
"Dia tak ada disini bodoh."

"Tapi mengapa kau ingin menggagalkannya? Maksudku bukannya wajar kalau anak konglomerat punya banyak wanita di sisinya. Bahkan paman Dion juga punya 5 selir kan?"

"Aku tak ingin menikah, Nona. Tidak dalam 100 tahun kedepan. Apalagi dengan pria manja yang tak bisa menghasilkan 10 sen sendiri. Aku hanya akan menikah dengan seseorang yang ku cintai."

"Wah, sekarang kurasa kau juga butuh psikiater, Nona Fon."

Memangnya kapan lagi Tara bisa melihat kegilaan psikiater terkenal ini berada di tingkat akhir. Cuma karena ingin menggagalkan pernikahan? Kalau punya kesempatan, Tara juga akan melakukannya.

***

"Oh.." gadis itu terpaku ditempatnya.

Tara cuma menatapnya sekilas sebelum menyuruh kepala keamanan meletakkan barang-barangnya di depan pintu kamarnya.

"Apa kau sudah makan?" Mendengar pertanyaan itu sontak Tara berbalik.

"Kenapa kau peduli denganku?" Ia bertanya sambil melipat tangan ke depan dada.

"Aku tak bisa menemukanmu dimanapun setelah pulang sekolah. Jadi aku tidak tahu harus memasakanmu apa."

Tara mengendik, merasakan kakinya yang pegal-pegal setelah menemani Fon memata-matai tunangannya.
"Lupakan, aku sudah makan. Lagipula jam makan malam beberapa menit lagi." Ia kemudian membuka pintu kamarnya, disambut raungan lapar dari 2 makhluk mini tak bernama yang malu-malu mengintip di bawah ranjang.

Dream With SleepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang