epilog

2.8K 292 60
                                    

Satu minggu sudah berlalu sejak operasi katup jantung yang dinyatakan berhasil dan sukses. Sudah beberapa hari itu pula Jean siuman dan kembali ke dunianya yang nyata. Ia dipindahkan ke ruang rawat, gorden-gorden pembatas menyekat ruang antar miliknya dan pasien sebelahnya. Bau desinfektan dan obat-obatan seolah jadi pengharum ruangan yang menyambutnya bangun setiap hari.

Namun meski begitu setengah dari jiwanya tertinggal di tempat tak nyata yang ia sebut latar novel.

Jean pikir setelah semua yang terjadi, begitu ia tidur ia masih akan bangun di tubuh Tara. Ia pikir ia akan mencium aroma citrus segar dan duduk manis di ruangan gelap dingin nyaman yang rasanya seperti teater pribadinya itu.

Tapi tidak, rentetan mimpinya yang menemani tidurnya 3 bulan itu benar-benar tak pernah kembali. Pikirnya mungkin benar-benar berakhir. Ethan harus memulai cerita baru seperti yang ia katakan, menemukan jiwa baru dan membuatnya jadi Tara baru.

Ia melirik novel jelek kusam itu di sela kegiatannya bermain game. Karakternya tengah mati dan menunggu waktu bangkit sekitar 30 detik, membuatnya punya waktu untuk menarik nafas dan menatap Laura yang kelihatan sedikit agak kurus. Dia bilang tengah overthinking memikirkan harus buka onlyfans atau michat, mengingat tiket konser Justin Bieber akan segera dijual secara terbatas.

Saran Jean sih yang pasti-pasti aja, kenapa harus pilih salah satu kalo bisa buka keduanya. Tapi ia terus mengingatkan untuk jangan sampai debut di twitter dan meminta hasilnya dibagi 2.

"Btw, lo tau gak sih influencer terkenal ini?" Laura memperlihatkan layar ponselnya pada Jean, meski Jean sendiri sibuk mengarahkan analog dari karakter game yang tengah ia mainkan. Kalau sudah begini ia akan mendadak tuli.
"Ih.. liat dong bangke."

"Iya ini liat, kenapa si emang?"

Tidak, Jean bahkan gak ngeh itu siapa, tapi yang jelas rambutnya panjang, jadi ia simpulkan itu cewek. Monster mungil dengan damage horror tengah menyerang karakternya, mana mungkin ia mengalihkan perhatiannya.

"Liat deh, cantik banget gila." Laura mulai menjelaskan mengenai hal-hal yang ia ketahui tentang wanita itu. "Suaminya tuh kaya banget kayaknya, gue pernah liat salah satu vlognya tentang masak gitu, dapurnya aja segede GBK."

"Alay lu segede GBK." Cibir Jean.

"Perumpamaan doang anjing."

Tak terlalu mendengarkan ucapan Laura, Jean sibuk mengarahkan analognya di ponsel, hingga ketika kewaspadaannya lengah, karakternya di stun habis-habisan oleh musuh, membuatnya mati kembali. Ia menghela nafas, lalu menatap Laura. Kepalanya berusaha mencerna cerita cewek itu.

".. anaknya tuh lucu banget. Dia punya peliharaan husky di rumahnya. Liat deh Jean gemes banget."

Jean menatap malas pada ponsel itu. Sampai ketika otaknya memproses wajah familiar itu ia membisu kali ini. Mata rubah yang dipadukan dengan senyum tipis itu terasa begitu akrab, hanya saja kecantikan di layar ponsel ini tampak lebih dewasa daripada remang gadis muda dalam mimpinya. Tapi Jean tahu ia tak salah mengenalinya

"Nih foto sama anaknya, gemes banget kan.." kali ini Laura menscroll layar ponselnya, menunjukkan foto wanita itu, balita, dan seekor anjing yang memeletkan lidahnya.
"Kemaren tuh dia juga abis jadi pemeran pembantu gitu di series thriller di metflix, dan saking cantiknya banyak yang lebih suka dia daripada pemeran utama."

"Cantik ya." Gumamnya yang membuat Laura makin bangga seolah baru saja menemukan harta karun.

Jean mengaguminya, kecantikan dewasa yang menaungi wanita itu. Seandainya ia bisa melihat Tara dewasa, ia pasti akan begitu mirip dengan wanita itu.

"Suaminya juga gans parah, dan asal lo tau suaminya ini ternyata kakaknya Theo mantannya Reana." Sambil kali ini mengklik gambar foto pernikahan, di captionnya tertulis mereka tengah merayakan anniversary.

Dream With SleepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang