Extra : Ellya

751 103 29
                                    

Ketika pertama kali bangun, ia sudah berada di sebuah ruangan besar yang ramai dengan aroma bahan kimia yang menyengat. Berbagai peralatan medis di sepanjang garis pandangnya membuat otak cerdasnya memproses dengan cepat. Tentu saja ini bukan kamarnya. Terutama suara-suara langkah kaki kesana kemari beserta penampakan perawat berseragam cerah yang sesekali lewat depan wajahnya.

Baju lusuh yang menemani kesengsaraan menghilang entah kemana, berganti dengan seragam pasien berwarna merah muda. Ia linglung, memastikan apa dan bagaimana sekarang.

Perban besar melingkari betisnya, lalu tiba-tiba nyerinya terasa menyakitkan. Itu tak akan terasa sakit seandainya ia tak melihatnya. Kepalanya mengingat potongan kejadian yang terasa seperti mimpi, tapi alangkah baiknya kalau itu hanya mimpi.

Pikirnya tak akan ada yang peduli dengan gadis kecil tanpa keluarga ini, jadi ia menyelinap pergi dan menelusuri koridor rumah sakit, ia mendengar berbagai desas-desus yang mendebarkan dan itu masih terkait dengan dirinya.

"Selir raja yang melakukannya",

"Bagaimana dia tega menculik anak dan teman-temannya?',

"Ku dengar anaknya meninggal",

"Kabarnya putranya meninggal",

"Sepupuku petugas kamar jenazah, dia bilang jenazahnya menyedihkan",

"Bukankah keluarga kerajaan penuh dengan konflik akhir-akhir ini?",

"Pangeran muda sedang kritis sekarang",

"Media bilang ada 4 bocah yang diculik",

"Hei bagaimana bisa seorang ibu melakukan hal sekejam itu? Apa tidak ingat kalau hamil dan melahirkan itu sangat menyakitkan",

Suara-suara itu seperti stereo 8 dimensi yang mengelilinginya.

"Kudengar Nona Valerie juga tengah sekarat",

Kali ini mendengar kata-kata seorang keluarga pasien yang tengah duduk di kursi tunggu di koridor, ia tak mengabaikannya seperti sebelumnya, namun malah menghampirinya.

"Nona Valerie, bagaimana keadaanya?"

Pria itu nampak kebingungan mendapati wajah pucat remaja itu yang datang kepadanya dengan mata bulat yang tak bisa menyembunyikan kekhawatiran dan kelelahan di matanya, tapi jelas itu tak mampu memyembunyikan bibit kecantikannya.

Pria itu sontak salah tingkah.
"Eh.. ah ya, kudengar ia sedang dioperasi, tapi entahlah yang jelas keadaannya sangat gawat."

Mendengar kata-kata itu jantung Ellya seolah hampir jatuh dari rongga dadanya, tubuhnya sontak kehilangan daya tahan dan hampir jatuh begitu saja. Namun seseorang membantunya.

"Nona Claude." Panggil seseorang di belakangnya.

Ellya yang mendengar suara familiar itu sontak menoleh, benar-benar Fonella dengan garis biru kehitaman di bawah matanya. Tapi pikirannya tak bisa lepas dari Tara saat ini.
"Nona Fon, bagaimana keadaan Tara."

Fon tersenyum mengusap kepala remaja itu lalu menjawab dengan tenang.
"Ia baik-baik saja, aku akan membawamu kembali ke ruanganmu."

Tapi siapa yang akan tahu bagaimana suasana hatinya yang sebenarnya?

Ia meminta Perry yang mengekor di belakangnya untuk meminjamkan kursi roda yang ia bawa, entah baru saja digunakan mengangkut siapa.

Fon lalu mendorongnya untuk mengantarkan remaja keras kepala ini ke kamarnya.

"Kau tak bisa berjalan-jalan sendirian kau tau? Lukamu belum pulih."

Ellya mengabaikannya, menoleh ke belakang mencari kebenaran dari kata-katanya. "Mereka bilang Tara sekarat, itu tak benar kan?"

Dream With SleepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang