26

1.4K 223 14
                                    

Mengantuk.

Satu kata yang bisa digunakan untuk menggambarkan bagaimana perasaan Jean saat ini. Ia baru saja menyelesaikan ritual minum obat usai perdebatan kecilnya dengan sang bunda. Mungkin efek obatnya bekerja sekarang, sebab ia mulai mengantuk.

Masalahnya Jean udah enek banget say, tubuh fisiknya sudah membulat layaknya balon setelah menghabiskan beberapa kantong infus. Makanan rumah sakit juga gak ada enak-enaknya, membuatnya tak nafsu makan. Ia kan maunya something yang pedas gurih asem manis, ya intinya ia mau makanan yang ada micinnya. Meski mustahil.

"Lau, lo lagi ngapain? Hibur gue kek," rengeknya sambil menarik-narik ujung lengan cewek itu.

Lagipula lihat seberapa rajinnya Laura, ia menjaga Jean sejak ia siuman tadi sore hingga malam hari ini. Ketika ditanya apa ia tak belajar, katanya ia sudah les sepulang sekolah.

"Baca webtoon," jawabnya singkat.

Jean sontak meringis, kesal ia diabaikan. Mana ia bosan juga.

"Btw, lo tau gak, gue lagi baca manhwa isekai yang ceritanya plottwist gitu."

"Plottwist gimana?"

Jean jelas bukan pecinta komik dengan karakter cantik tampan 2 dimensi itu.

"Ya disini ada ceritanya, misal ada seseorang gitu dari dunia nyata yang meninggal terus masuk dunia manhwa. Nah, dia kek lo nih jadi tokoh antagonisnya. Tapi ada plottwist, dimana karakter jahat sebenernya itu bukan karakter dia, tapi karakter lain, dan disini lo dijebak seolah lo karakter antagonisnya."

"Ah.. yang ringan-ringan aja. Gak nyampe otak gue." Ngantuk, beneran!

"Ya misal kek lo masuk ke dalam dunia novel dream, nah sebenarnya penjahat di dalam alurnya itu Ellya, dia itu ngejebak lo seolah lo yang ngejahatin dia dan narik simpati Lordy."

Kemudian kepala Tara mulai membayangkan skenario itu, seandainya Ellya adalah penjahat sebenarnya dalam cerita ini dan mulai memisalkan cewek itu dalam variabel di dalam benaknya. Tapi tidak, jelas akan terbentuk plot hole. Kalau ia biang masalah sebenarnya ia tak akan membuat dirinya sendiri dalam masalah. Di akhir cerita pun, meski Tara mati Ellya tak mendapat apapun selain menjadi kekasih Lordy. Kini Jean sadar, tak ada happy ending bagi semua tokoh dalam novel ini. Penulisnya benar-benar bajingan.

"Ah.. enggak anjing, gak mungkin kalo Ellya. Kalopun dia yang sengaja ngejebak Tara, kehamilan Tara itu gak bakalan masuk rencana dia, jadi pada dasarnya hamil sama bunuh diri itu emang kebegoannya Tara."

Laura mengangguk-angguk, memang terlalu sulit mengakui Ellya bisa merencanakan hal-hal mengerikan bahkan mencelakai dirinya sendiri, apalagi notabenya ia merupakan pemeran utama yang digambarkan lemah lembut.

"Oh, terus ada lagi cerita lain dimana si antagonis sama protagonis tukeran tubuh dan mereka akhirnya tau kalo penjahat sebenernya tuh pangeran mahkotanya."

"Jadi lo lagi nyeritain ide lo buat bikin cerpen apa gimana?"

Laura cengengesan, tapi yang ini jelas masih masuk akal. "Mungkin Lordy itu lagi ngincar suatu hal, misal Ellya tau rahasia atau apapun yang beresiko dan Lordy butuh seseorang yang bisa dia manfaatin di masa depan, jadi dia perlu nyingkirin Tara dan ngebuat Ellya jadi tunangan dia. Tapi karena di akhir alurnya dia hampir dibunuh dengan cara yang paling gak terduga, jadi dia.." tangannya bergerak-gerak memperagakan apa yang tak bisa ia ucapkan dengan kalimat. "Jadi dia berakhir kaya yang kita tau."

Jean meringis. Kepalanya yang sedari tadi mengajak tidur sudah enggan untuk berpikir menghubungkan titik-titik yang Laura perlihatkan. Bisa ya bisa tidak, terdengar tak mungkin karena novel dream punya alur yang berbeda dengan apa yang Laura katakan.

Dream With SleepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang