8

1.7K 267 2
                                    

Suasana kelas siang itu begitu mencekam. Hampir semua siswa tertunduk tanpa ada niat mengangkat kepala. Di depan kelas ada guru perempuan yang memegang puluhan lembar kertas jawaban murid. Wajahnya nampak kecewa pada murid-murid kebanggaannya. Tak usah ditanyakan alasannya apa, melihat angka 56 di salah satu kertas itu sudah cukup untuk menjawab segalanya.

"Gak belajar kalian? Apa lupa kalo hari ini ada ulangan?" Tak ada jawaban. Mungkin siswa-siswi takut membuka mulutnya.
"Gak ada yang nilainya diatas 65. Terus gimana? Mau di rapot kalian saya isi 65? Mau?"

Mungkin nilai 65 di mata pelajaran kimia jadi mimpi buruk bagi beberapa siswa yang berniat melanjutkan kuliah di jurusan yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Tapi tidak dengan Jean, lebih baik ia ternak babi daripada melanjutkan kuliah di jurusan yang berhubungan dengan pelajaran kimia itu.

Tokk tokk

Semuanya sontak menoleh pada staf muda yang terlihat dari jendela kelas. Termasuk Jean yang berdoa semoga Mas Naren diberkati oleh tuhan karena berhasil mengintrupsi amukan harimau galak di kelasnya.

"Maaf Bu Yolan, katanya staf IT ada perlu sama ibu." Ugh... Lihat bagaimana tampang penuh dosa itu berbicara dengan senyum lugu.

"Baik mas." Sungguh manis senyum wanita itu, sampai membuat murid sekelas bergidik ngeri. Jean menelan ludahnya, setelah Pak Naren pergi mungkin saatnya sidang penghakimam tiba.

Dan benar saja setelah staf itu pergi semuanya kembali menunduk.

"Ketua kelas, bagikan kertas ulangannya. Besok remed nya kita lisan."

Mampus.

Helaan nafas lega terdengar keluar dari bibir tiap siswa dalam kelas. Tak terkecuali Jean dan Filo yang hanya bisa pasrah sambil meletakkan kepala keatas meja. Seandainya ada pemindai X-Ray, kalian bisa melihat bagaimana otak di kepala mereka meleleh lumer.

"Serem." Gumam Jean sambil menggosok-gosok telapak tangannya dibawah meja.
"Gue sampe kebelet pipis."

"Parah lo, gue gak bisa ngebayangin nilai gue berapa."

Jean memutar bola matanya malas.
"Ya gimana lagi. Orang materi yang disampein sama yang keluar di ujiannya aja beda. Gue curi-curi buka buku aja gak nemu materinya."

"Good sekali. Rasanya mau modar."

Mereka berdua terdiam. Ujian lisan itu seperti simulasi wawancara kubur. Bisa membuka mulut saja ia segera mengucap hamdalah. Apalagi pelajaran kimia yang penuh dengan istilah yang rumit. Salah menyebutkan nama senyawa bisa-bisa kabur telinga mereka berdua. Kabur karena lelah mendengar omelan.

"Nilai lo paling bagus sekelas Jean."

Suara selembut sutra itu membawa angin segar di gendang telinga Jean. Ia mendongak dan sontak salah tingkah kala mendapat uluran lembar jawaban miliknya dari Reana.

Jean cuma tertawa kaku. "Sekalipun paling bagus juga belum ngelewatin KKM nya, Re."

Cewek itu cuma tersenyum manis. "Next time, gue gak bakal kalah." Ujarnya lalu mengedipkan sebelah matanya.

Ugh... Tuhan. Makasih udah ngasih hambamu yang banyak dosa ini hidup lebih lama buat ngeliat pemandangan ini.

Jean terdiam di tempat duduknya dengan senyum tipis hingga punggung Reana berjalan menjauhinya. Sejenak ia sampai lupa caranya bernafas. Reana baru saja menantanganya dan memberikan wink imutnya.

Jantung aing dugun-dugun, men...

"Ssst... Syahadat dulu kalo mau mati."

Andai Jean punya tongkat pencabut nyawa sekarang. Ia tak akan berpikir dua kali untuk memisahkan nyawa dan raga Filo.

Dream With SleepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang