25

1.4K 231 19
                                    

"Kau gila?"

Tara tak menghiraukan pertanyaan-pertanyaan tak penting yang terus dikeluarkan Lordy. Ia cuma melirik mobil di belakangnya, memastikan ekor-ekor Lordy tak ketinggalan. Sejujurnya ia tak punya rencana apapun, tak ada, ia juga tak yakin harus melakukan apa. Tapi mungkin ia akan sangat menyesal ketika semua ketakutan dan kegagalannya jadi nyata dan ia tak melakukan apa-apa. Setidaknya ia harus berusaha.

"Kumohon pak, lajukan secepat mungkin." Sopirnya tak mampu mengatakan apa-apa cuma melirik sekilas dari kaca dan mendapati wajah cemas Tara dengan matanya berkaca-kaca.

"Kau mau mati?" Lordy mulai kesal

"Tidak, tapi seseorang akan benar-benar mati kalau kita tidak cepat." Murkanya kesal karena Lordy terus membuka mulutnya. "Jadi cukup diam dan tutup mulutmu!" Lanjutnya lagi, sekali lagi ia kesal.
"15 menit!"

Sopirnya terkejut, melajukan mobil diatas 70 km disaat jalanan tak cukup sepi. "Paling cepat 30 menit, Nona."

"15 atau kau menyesal membuatku mengulangi kata-kataku."

Disaat seperti ini Jean bisa membayangkan se egois apa Eltara Valerie dalam novel. Rasa ketakutan kehilangan seseorang yang ia sayang membentuk Tara jadi pribadi yang sombong untuk melindungi semua miliknya. Ia tak menyadarinya selama ini, mungkin Tara dalam novel juga takut tunangannya meninggalkannya demi Ellya yang notabenya cuma orang baru. Tara, pasti benar-benar menderita dalam dunianya.

Yah.. semakin kesini Jean makin paham, makin ia tumbuh dan belajar memahami banyak hal dari berbagai sudut, ia jadi makin relate dengan bagaimana para anti-hero dalam cerita bertindak dan berpikir.

Langit Kota Zimgar yang cerah mendadak gelap dan basah begitu mereka memasuki kota perbatasan Ausdam, perbatasan antara kerajaan Verland dan Losa. Tapi masih butuh waktu beberapa menit untuk menembus ramainya jalanan kota di tengah hujan, menyalip truk-truk besar logistik dan banyak lagi.

'Demi tuhan, Tara tau ia penuh dosa, ia banyak berbuat salah, ia jarang berdoa dan tak yakin pernah melakukan kebajikan. Tapi ia mohon untuk kali ini saja, ia rela mengorbankan semua keberuntungan di beberapa bulan sisa hidupnya demi keselamatan Kelly sahabatnya.' Bahkan Tara yang tak pernah ingin mempercayai adanya tuhan mengepalkan tangannya di depan dada sambil memejamkan mata untuk menyerahkan segalanya.

Berbeda dengan Lordy disebelahnya yang mendoakan supaya mobilnya tak oleng dan mati sia-sia demi permintaan konyol tuan putri gila disampingnya.

Hingga begitu mereka sampai di dekat pos, antrean panjang membuat mobil mereka terjebak beberapa ratus meter dari posnya. Tara yang tak sabar dan memiliki firasat buruk segera berlari keluar. Ia bersumpah akan membuat penjahat yang melukai Ellya dan Kelly membayar lebih buruk dari apa yang sudah mereka lakukan.

Dorr Dorr

Namun terlambat, suara tembakan itu meletus tepat ketika Tara sampai dengan gaun basahnya yang kotor, mendapati Ellya yang tak sadarkan diri dijaga ketat dan diikat oleh beberapa pria, sedangkan Kelly dan 5 orang pria lainnya yang merupakan warga sipil dan petugas perbatasan berbaring di atas jalan dengan tubuh bersimbah darah.

Disekitar mereka, beberapa pengguna jalan sudah lari dan bersembunyi begitu suara tembakan itu berdengung. Meninggalkan Tara yang terduduk di pinggir jalan sambil meremas dada, jantungnya berdetak begitu cepat diiringi dengan tubuhnya bergetar ketakutan. Bukankah ini pembunuhan?

Melihat genangan darah yang terciprat kemana-mana membuatnya kesulitan untuk sekedar menarik nafas.

"ELLYA." Suara Lordy terdengar panik

Penjaga pribadi Lordy dengan sigap melindungi pangeran mereka, pria berjumlah 7 orang itu sempat beradu tembak dengan para penculik yang hampir membawa Ellya kabur dengan mobil meski pada akhirnya berhasil di gagalkan.

Dream With SleepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang