Anak kucing liar itu awalnya adalah hewan nakal yang hobi membuat kamarnya berantakan. Menjadikan lantai kamarnya sebagai tempat ajang balap tangkap, berguling, bercakar ria dan berjilat-jilat lalu tertidur di atas ranjang. Sekalipun tubuh mereka kurus, namun beberapa hari terakhir nampak lebih baik karena Tara punya kesadaran tinggi akan kebersihan.
Meskipun tiap kali membersihkan kamarnya, itu Jean bukan Tara.
Awalnya mereka ketakutan, bersembunyi di balik meja rias setiap kali Tara memasuki kamar. Mereka akan makan diam-diam dengan rakus begitu melihat makanan tersaji di piring mereka, lalu pada suatu hari mereka mulai belajar mengeong ketika kelaparan, mendekati kaki Tara, menggosokkan badannya dan berguling-guling disekitarnya.
Tapi mereka masih sulit disentuh.
Setidaknya kucing-kucing itu tau kapan harus mengeong ketika lapar. Seperti saat ini ketika tara memberikan potongan steik dari piringnya ke wadah makan mereka.
Di sofa dekat bednya, gadis imut itu terus memperhatikan punggungnya dengan intens, membuatnya tak nyaman. Kemudian ia berdiri, menaruh asal piringnya dimana satu potong daging tenderloin masih utuh tak tersentuh. Ia mengambil tempat duduk depan Ellya sambil memijit pelan pelipisnya.
"Kau gabut sekali ya sampai mau mengantarkan makanan?" Ucapnya basa-basi membuka percakapan. Ellya jelas sedikit bingung, tapi ia cuma mengangguk-angguk mengiyakan agar semuanya cepat selesai.
Tara bingung sekali woe, ini kalo diaduin nyonya asrama bisa kelar hidupnya. Asli itu orang galaknya 3x mama Valerie. Lebih berisik dari Alfa sensei pas teman sekelasnya lupa sin cos tan, dan lebih cerewet dari bunda Jean ngingetin minum obat. Intinya nyonya asrama adalah paket lengkap di matanya. Lengkap evil nya.
"Saya berpapasan dengan chef ketika beliau menaiki tangga, jadi saya menawarkan diri untuk membantunya."
Tara masih terdiam. Terus dia harus bagaimana? Masa iya ia harus menyuap orang lagi. Sia-sia dong dia belajar PPKN 12 tahun dari SD hingga SMA di real life.
"Ah, dengar. Ceritanya cukup panjang sehingga aku terpaksa membawa kucing-kucing ini kemari, dan kau tau apa yang akan terjadi kalau nyonya asrama mengetahuinya?" Ia berbicara dengan kecepatan 6 syllable per second. Benar-benar cepat hingga Ellya cuma melongo tak paham.
"Dia akan mencincang tubuhku dan menjadikannya pakan ternak. Bukankah itu cukup menakutkan?" Ujarnya melebih-lebihkan. Ia lupa kalau gadis di hadapannya bukan bocah berusia 10 tahun lagi."Saya tak akan mengatakan hal ini pada siapapun." Ujarnya dengan sopan. Tentu saja ia tahu resiko berurusan dengan Tara.
Tara sendiri terdiam, menatap lurus heroin utama dalam dongengnya. Dalam hati ia begitu memgagumi bagaimana aura anggun terpancar dari dalam dirinya, melihatnya tersenyum tipis dengan tulus seperti ini. Tapi dengan cepat ia mengalihkan pandangannya.
Kan gak lucu kalau dia suka sama karakter novel. Apalagi itu jodoh orang.
"Terima kasih." Ujarnya begitu pelan, sedikit malu untuk sekedar berterima kasih.
Tak ada lagi percakapan antara mereka, ruangan besar itu mendadak hening. Baik Tara maupun Ellya jelas tak bisa membuka suara dengan mudah. Bahkan dalam sejarah yang ditulis dalam buku, mereka tak pernah memiliki hubungan yang baik.
"Saya ingin berterima kasih untuk hari itu."
Tara sontak menatap karya seni hidup di depan matanya. "Untuk?"
"Menyelamatkan saya dari senior."
Oh... Tara mengingatnya, ketika ia menggunakan tangan kirinya dengan asal dan membuatnya nyeri. Si kidal itu akhirnya merasa tak ada yang bisa ia lakukan, sehingga meminta Jean menggantikannya hingga hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream With Sleep
FantasyDream With Sleep adalah novel karya Bolli Ethan yang ke-3 sekaligus terakhirnya sebelum sang penulis wafat. Kabarnya, novel ini mencari tumbal kematian tiap tahunnya. Namun bagaimana jadinya jika ternyata dibalik kematian itu ada kehidupan baru yang...