Bola mata itu bergerak gelisah begitu ia membuka mata, beberapa kali berkedip untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke mata. Hal pertama yang ia lihat adalah bola lampu putih terang yang seketika membuat kepalanya sakit, serta kelambu pembatas ranjang antara miliknya dan pasien di sebelahnya.
Tangan kanannya yang bebas meraba benda persegi yang terselip di dekat pinggulnya dalam selimut. Tanpa pikir panjang ia menyentuh layarnya dua kali. Memperlihatkan jam digital yang baru saja memperbarui waktunya.
00.23
Tengah malam, dan Jean terbangun tanpa bisa mengingat mimpi terakhirnya. Ia harusnya bisa mengingat beberapa peristiwa sebelum Tara tertidur, tapi kali ini ia cuma bisa mengingat kejadian siang dimana Kelly benar-benar hidup di depan matanya.
Jantungnya berdegup begitu keras, menyaingi suara mesin panel oksigen yang menggema di tengah sunyinya malam ini. Ia rasa jika ada orang yang masih terjaga malam ini, mereka bisa mendengar suara detak jantung Jean yang sudah minta ganti onderdil.
Ia menarik nafasnya dari hidung, mengeluarkannya lewat mulut, mengulangi beberapa kali hingga detak jantungnya tak sekeras sebelumnya. Tangannya lalu meraba novelnya yang berada diatas nakas, memaksa otot-otot tangannya bekerja sedikit ekstra untuk meraih buku tebal itu.
Jean mengelus cover jeleknya beberapa kali, mengagumi pahatan wajah 2 insan yang saling berhadapan dalam bentuk animasi, lalu membuka halaman yang sudah ia batasi. Membaca tiap kata dengan benar, menyimpannya dalam otak, dan membawanya sampai mimpinya nanti.
Disini jelas tertulis seberapa marahnya seorang Eltara pada Ellya, gadis itu benar-benar hampir membuat Ellya pingsan dengan trauma karena tindakan kekerasannya yang melampaui batas. Menjambak, menampar, memukul, memaki, meludahi dengan rembesan air mata yang menangisi kepergian teman sekelasnya Kelly.
Iya, harusnya seperti ini.
Lalu bagaimana bisa Kelly masih duduk di kelas dengan gendongan tangan? Ia pun masih mengingat dengan jelas, melihat dengan mata kepalanya sendiri salah satu penculik itu menembak Kelly.
Lalu apa?
Setelah ini apa?
Pada akhirnya ia cuma bisa menghela nafasnya, ia letakkan buku itu asal diatas perutnya, lalu meraba dadanya yang masih berdebar tak karuan. Selalu seperti ini.
"Fuck!" Ia mengumpat meski hanya dalam desisan kecil
***
Gadis itu meregangkan tubuhnya, mengelus samping lehernya sebelum menoleh ke kanan dan ke kiri, menghasilkan bunyi kretek yang melegakan. Kemudian ia mengeluh, merasakan nyeri pada leher karena posisi merebahkan kepala yang salah.
Ia ketiduran, mengantarkan Jean pada kesadarannya.
"Tara, kau tertidur," suara Kelly mengintrupsi kesadarannya. Seolah benar-benar menegaskan bahwa ia masih hidup. "Mau ke ruang kesehatan?" Tawarnya dengan raut muka khawatir.
Namun Tara menggeleng. "Aku akan kesana sendiri."
"Perlu ku antar?"
"Tidak Kelly, terima kasih."
Tara melirik kursi Ellya yang kosong, mungkin gadis itu sedang makan bersama Lordy.
Kaki panjangnya lalu melangkah menyusuri koridor akademi, berbelok menuju toilet daripada ke ruang kesehatan. Di depan wastafel ia menatap mukanya, bibirnya pucat. Ia bermasalah dengan darahnya yang kurang. Ia jadi lebih sering mengantuk belakangan ini.
Usai membasuh muka, ia berpikir untuk membolos, berada di kelas sambil memikirkan banyak hal membuat kepalanya nyeri. Akan lebih baik kalau ada yang mau menemaninya selain Jean. Tapi memikirkan hal itu membuag senyum pahit tercetak di bibirnya. Memangnya siapa mau berteman dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream With Sleep
FantasyDream With Sleep adalah novel karya Bolli Ethan yang ke-3 sekaligus terakhirnya sebelum sang penulis wafat. Kabarnya, novel ini mencari tumbal kematian tiap tahunnya. Namun bagaimana jadinya jika ternyata dibalik kematian itu ada kehidupan baru yang...