Dalam sebuah dimensi tak terhingga yang belum ditemukan, jiwa orang itu melayang diantara cabang-cabang kematian tapi tak benar-benar mati. Ia adalah sebuah cahaya yang sejak terpisah dari raganya mulai menghitam, jadi budak nafsu sang iblis yang tak akan pernah puas.
"Lapar!" Suaranya menggema, namun tak ada bentuknya.
Ini adalah ruang yang jadi singgahnya sebelum kembali memulai Reval baru.
"Lapar!"
"Lapar!"
"Lapar!"
Kata-kata itu terus diulangi yang mana makin lama makin menyiksa. Laki-laki tak ber raga itu gemetar, hampir menyerah dan meraih asal seutas benang yang berwarna cerah.
"Lapar! JIWA HIDUP TAK BISA DIMAKAN!"
Bayangan hitam itu menggeram marah, pantulan mata merahnya menakuti Ethan hingga rasanya ingin mati saja. Setiap kali akan memulai cerita, ia harus dihadapkan dengan monster luar biasa mengerikan yang pernah ia sembah. Entah surga mana yang masih mau menerimanya.
"ETHAN TAK BERGUNA!"
Dengan gemetaran ia meraih benang berwarna gelap. Itu jiwa manusia, pembacanya.
Tidak, pada dasarnya ia sendiri tak bisa memilih nyawa dengan asal. Cuma mereka yang benar-benar bosan hidup dan dilambangkan dengan warna gelap.
Ketika terakhir kali ia menarik benang, ia yakin ia memilih benang gelap, perasaan bersalah, putus asa, dan lelah hidup benar-benar ia rasakan kala itu. Tapi Jean.. sama sekali tak seperti itu. Ia anak gadis yang baik dan ceria, sedikit naif tapi Ethan tak bisa merasakan perasaan gelap ingin mati dari dirinya.
Jadi apa aturan dunia berubah?
Tapi sepertinya tidak, karena ketika Ethan meraihnya kali ini, ada patah hati, penyesalan, dendam, kesal, dan marah yang menyeramkan. Perasaan ingin mati yang kuat setidaknya agak membuatnya merinding, ini jiwa dengan perasaan negatif yang paling kuat yang pernah ia sentuh.
"Ini bagus!"
"Jiwanya jahat!"
Tawa Asmodeus terdengar keras bahagia, tapi itu mengerikan ketika sampai pada pendengaran Ethan. Ia gemetaran lagi. Sejak ia kembali iblis itu mengamuk lapar, meski Ethan tahu ia tak akan pernah kenyang, tapi yang kali ini keterlaluan. Ia benar-benar marah karena tak bisa memakan jiwa jahat Tara, tapi Ethan bahagia. Artinya Tara selamat, dan Jean kembali ke dunia nyata.
Mungkin Tuhan benar-benar menyayangi Jean dan Tara.
Tawa mengerikan lalu berhenti. Terdengar suara berdecih. "Lihat seberapa rendahnya makhluk bernama manusia ini! Tuhan menghukum kami karena tak ingin sujud pada Adam, akan kutunjukkan bagaimana anak cucu adam sujud kepadaku."
Racaunya selalu sama. Ethan sampai menghafalnya.
Bayangan itu mendekatinya. Perasaan damai sesaat menghilang entah kemana, berganti dengan kengerian tak terdefinisi yang seolah meremukkan dirinya.
"Iya, Tuhan menyayangi mereka. Tapi Dia tidak menyayangimu. Dia menyelamatkan mereka tapi tidak menyelamatkanmu. Dia tidak adil kan? "Begitulah ia membaca isi hati Ethan.
Tapi toh pikirnya sudah terlambat. Ethan sudah terlanjur basah. Bahkan Neraka pun enggan untuk menerimanya yang hina ini, hingga jiwanya akan terus tersiksa sampai entah kapan. Mau ia iri dengki juga tak akan ada bedanya sekarang.
"Sudah terlambat. Aku tak menyesal." Ujarnya menyulut kemarahan makhluk jelek itu. Entah Tuhan akan marah atau tidak ketika tahu ia menghina makhluk ciptaaannya ini.
Perasaan terikat kembali kepadanya, iblis itu mungkin akan mulai mengirimnya ke dunia baru.
"Lapar." Geram sang iblis yang terdengar di telinganya terakhir kali sebelum cahaya terang menyilaukan menjemputnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream With Sleep
FantasyDream With Sleep adalah novel karya Bolli Ethan yang ke-3 sekaligus terakhirnya sebelum sang penulis wafat. Kabarnya, novel ini mencari tumbal kematian tiap tahunnya. Namun bagaimana jadinya jika ternyata dibalik kematian itu ada kehidupan baru yang...