32 ▪ Masalah berdatangan

465 159 5
                                    

***

Rintik-rintik hujan mulai turun membasahi tanah kota Jakarta dimalam hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rintik-rintik hujan mulai turun membasahi tanah kota Jakarta dimalam hari. Angin dingin berhembus menerpa wajah seorang gadis yang kini ada disebuah gerobak tukang nasi goreng.

Hanum menghela nafas, menyelipkan rambutnya kebelakang telinga, masih memandang rintikkan hujan dengan tatapan kosong. Kenapa hari ini terasa sulit sekali bagi Hanum, hanya karena seseorang bernama Rosa itu, Hanum jadi merasa kesal dan tentunya tidak terima. Tapi, ia berfikir jika tadi membalas perlakuan Rosa, mungkin masalah akan bertambah besar.

Hanum melamun, memikirkan kejadian saat dimana ia difitnah oleh Rosa, Hanum jadi makin tidak suka dengan gadis itu, bisa-bisanya dia menuduh orang sembarangan, dan berkata buruk perihal hubungan dirinya dengan Genta. Hanum bener-bener ga nyangka banget kalau dia bakal ketemu sosok antagonis macam Rosa kaya di sinetron.

Penjual nasi goreng memberikan pesanan Hanum, Hanum membayarnya dan segera melangkah pergi.

Sekarang yang semakin Hanum pikirin adalah, Genta marah sama Hanum, laki-laki itu salah paham karena ulah Rosa. Hanum tidak bisa menjelaskan apapun karena Genta tidak percaya padanya, dan tadi, Genta mengantarkan Rosa pulang. Ck, Rosa pasti semakin bilang yang tidak-tidak soal dirinya.

"Hanum."

Hanum menghentikan langkahnya, kepalanya tertoleh mencari letak suara siapakah yang memanggil namanya. Alis Hanum bertaut, melihat Rara, Kakak perempuan Genta ada disana.

Hanum tersenyum, menghampiri dengan perlahan. "Nona Rara, selamat malam," ucap Hanum membungkukkan badan.

Rara bergumam. "Malam, bisa bicara sebentar Num?"

Hanum terdiam beberapa detik, "Hm boleh, mau bicara dimana Nona?"

Rara membuang nafas sejenak, "Disana ajah," tunjuk Rara kearah ruang tunggu apartemen. Hanum tersenyum seraya mengangguk, mereka berdua pun berjalan menuju sofa.

Hanum merasa jatuh banget kalau ngobrol sama Rara, ini sudah malam makannya Hanum cuman pakai hoodie dan celana santai. Sedangkan Rara, dia masih cantik banget pakai dress dan make up yang masih menempel diwajahnya. Hanum meneguk ludah, gugup.

Hanum memandang Rara, ia berdehem canggung. "Nona Rara malam-malam kesini ingin bicara sama saya, ada apa memangnya Nona? Apa ada yang harus saya bantu?"

Rara mendengus, mengabaikan pertanyaan Hanum. Matanya memutari sudut dan desain gedung mewah ini. "Bagus dan mewah banget ya gedungnya, gue yakin, suasana apartemen lo juga pasti mewah," kata Rara tersenyum samar. Hanum terkejut, ia meringis kikuk. "oh... Eum"

"Lo minta ini semua ya ke Genta?" tanya Rara to the point, membuat Hanum terdiam, ia memainkan bungkusan nasi gorengnya, sulit untuk menjawab. "Wajar sih, kalau lo yang ngomong, Genta pasti kasih semuanya buat lo. Tapi ya, jangan serakah gini dong, ini semua berlebihan." tembak Rara tepat, Hanum merasakan bahunya menurun, kenapa sih? Kalau sudah berhadapan gini jadi susah ngomong.

 CEO Kocak ✔ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang