42 ▪ Pudar

495 150 2
                                    

***

Suasana sunyi, bahkan tidak terdengar satu suara pun disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana sunyi, bahkan tidak terdengar satu suara pun disana. Hanya ada deru nafas yang berusaha mencoba mendinginkan kepala. Ketiga orang itu duduk dilorong tepat didepan ruangan Hanum.

Dari kiri ke kanan, Genta, Ferdi dan Galih. Ferdi duduk ditengah, menjadi penenang dan pendingin diantara kedua manusia itu.

Genta dari tadi melengos, memandang kosong papan-papan informasi di dinding. Wajahnya banyak menimbulkan warna ungu dan biru akibat pertengkaran tadi, darah kering berada di ujung bibir Genta. Keadaan Galih tidak jauh berbeda, banyak memar diwajahnya. Bahkan cowok itu keliatan lebih parah dari pada keadaan Genta, Galih babak belur.

Ferdi melirik Galih, yang sekarang terdiam memandang lantai rumah sakit, kemudian beralih melirik Genta yang juga sama diamnya. Ferdi menghela nafas.

"Gue ga tahu apapun soal masalah kalian berdua. Tapi coba inget dong, lu berdua itu saudara kandung, Kak Galih sama Genta, lu berdua Adek Abang coii," ujar Ferdi serius. Ferdi kalau serius emang nambah gantengnya, kata Sarah juga begitu.

Ferdi mendengus, "jadi sebesar apapun masalah itu, seharusnya ga sampai main kekerasan. Kalau lu berdua tetep kaya gitu yang ada perang dingin antar saudara bakal terjadi,"

Genta dan Galih sama-sama diam mendengarkan. Namun tak bisa dibohongi bahwa hati mereka masing-masing masih menyimpan rasa amarah dan ketidaksukaan.

"Dia duluan Fer, ngomongnya ngeselin," suara Galih terdengar, mendengar namanya di sindir begitu, Genta pun melotot.

"Lu duluan anjir! Punya mulut dijaga!" ketus Genta ingin berdiri lagi namun segera ditarik Ferdi. "DIEM!"

Ferdi menatap kesal kedua manusia itu, lama-lama mungkin bukan hanya Genta dan Galih yang main tonjokkan, Ferdi pun akan ikut gabung bersama mereka.

"Hanum sekarang lagi sakit, ga kasian lu pada sama dia? Bukannya Hanum selama ini menjalani tugas sebagai bawahan dengan baik buat lu berdua?" tanya Ferdi dengan emosi, mereka tidak menjawab, hanya kembali terdiam. Jujur saja, Ferdi tahu masalah yang membuat Genta dan Galih main fisik tadi, itu semua pasti ada sangkutannya dengan sosok Hanum.

"Kalau Hanum liat lu berdua berantem kaya tadi sampe babak belur, dia pasti bakal sedih, ga suka dan makin ga enak hati sama keluarga Devian, lu berdua juga pasti tahu Hanum itu orangnya gampang kepikiran," sambung Ferdi. Genta termenung, memikirkan ucapan Ferdi yang nyatanya ada benarnya.

"Lu berdua tetap salah, mau siapapun itu yang mulai. Ga semua masalah itu harus main fisik woi" suara Ferdi terdengar gregetan. "Lu Genta ga usah apa-apa pake urat dan ngomong bae-bae, gue tahu lu lagi emosi banget karena ga suka Hanum begini, tapi lu harus kontrol emosi! Orang lain bakal kena imbas kalau lu lagi kaya gini," Ferdi berucap tegas, memandang Genta disebelah kirinya. Lalu ia beralih, memandang Galih.

 CEO Kocak ✔ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang