56 ▪ Culik

450 123 0
                                    

***

"Maaf saya lancang membuka buku ini, terus membacanya," ujar Galih, suaranya bahkan terdengar semakin lesu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf saya lancang membuka buku ini, terus membacanya," ujar Galih, suaranya bahkan terdengar semakin lesu.

Hanum terdiam, tangannya terangkat mengambil buku itu. Hanum merasakan sensasi aneh pada hatinya kali ini.

"Sekarang saya tahu, laki-laki yang kamu maksud adalah Adik kandung saya sendiri," kata Galih sukses membuat Hanum ditembak telak.

Galih membuang nafas, melempar pandangan dari tatapan Hanum. "Apa saya harus bersaing kotor dengan Adik kandung saya, Num?"

Hanum menggeleng samar, menjawab pertanyaan Galih. Wajah Hanum berubah sendu, memandang Galih yang sekarang sudah tahu rahasia besar Hanum.

"Maafkan saya, Num. Sepertinya sulit untuk saya melepaskan perasaan ini."

Hanum merasa sangat bersalah, diamnya Hanum membuat Galih tidak tahan. Galih mengambil tangan Hanum, lalu ditariknya Hanum masuk kedalam dekapannya.

"Maafkan saya, karena cinta sama kamu, maafkan saya membuat kamu merasa tidak nyaman, maafin saya," ucap Galih lembut, mengusap rambut panjang Hanum. Hanum terdiam membeku karena dipeluk Galih.

Gadis itu merasa kedua matanya menghangat.

"Kenapa anda harus minta maaf?" suara Hanum terdengar.

"Saya lancang, saya tidak tahu jika kamu menyukai bahkan mencintai Adik saya sejak dulu," jawab Galih masih mendekap Hanum.

Hanum memejamkan mata, merasakan erat dari pelukan Galih. Ia tidak tahu harus berbicara apa pada Galih sekarang. Bibir Hanum rasanya teramat rapat, mendapat perilaku dari Galih yang membuatnya sangat terkejut.

Galih melepaskan pelukannya, ia memegang kedua pipi Hanum lalu mengukir senyuman tipis. Hanum melihat, kedua mata Galih berkaca-kaca semakin menimbulkan rasa bersalah pada hati gadis itu.

"Sekarang saya tahu harus apa."

Galih terdiam, melepaskan tangannya dari pipi Hanum lalu beralih mengenggam tangan Hanum.

"Saya tidak mau bersaing dengan Genta jika sudah mengetahui kenyataan ini, Num," ucap Galih, merunduk. "Tadinya, saya akan terus bersaing dengan Genta untuk memperebutkan kamu,"

Hanum terdiam henyak, mendengar seserius mungkin ucapan Galih, kata demi kata.

"Tapi, sekarang saya tahu," Galih mengangkat kepala, menatap Hanum. "Sebuah kenyataan yang memang sangat menyakitkan, mengetahui jika kamu sangat mencintai Genta, bahkan ketika jalan berdua dengan saya pun, kamu tidak berhenti untuk selalu memikirkan dia,"

 CEO Kocak ✔ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang