55 ▪ Diary's Book

433 126 6
                                    

***

"Ya sudah, kalau begitu saya duluan ya, Dokter Galih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya sudah, kalau begitu saya duluan ya, Dokter Galih."

Galih tersenyum simpul sebagai jawaban. Beberapa saat menunggu kepergian Dokter wanita yang menjabat sebagai rekan Galih dirumah sakit, kedua alisnya terangkat bingung karena Dokter ini masih tetap pada posisinya, tak kunjung pergi.

Galih jadi kebingungan, melihat rekannya masih saja tersenyum- senyum sendiri sambil terus memandanginya.

"Dokter Vera, kenapa?" tanyanya pelan, agak takut jika Dokter cantik bernama Vera Veronika itu kerasukan hantu rumah sakit.

Vera tersentak sadar, ia meringis malu, belagak membetulkan anak-anak rambutnya yang sedikit berantakkan untuk menyembunyikan rasa gugupnya.

"Eh, saya ga apa-apa, Dok."

Galih berusaha menahan tawa, yang ternyata semakin membuat Vera menahan nafasnya. Apakah Galih tidak sadar? Jika dia itu sosok idaman setiap wanita yang ada dirumah sakit tempatnya bekerja, dari Dokter, Perawat sampai Pasien pasti sudah mengidam-idamkan Galih sebagai Boyfriend-matrial.

Dan Vera termasuk dari orang-orang itu. Vera Veronika, Dokter bertubuh mungil dengan rambut coklat itu memang sudah menaruh hati pada Galih Erlangga sejak pertama kali bertemu dengannya.

"Katanya mau pergi? Ga jadi?" tanya Galih.

"Oh iya, aduh saya jadi lupa, Dok," jawab Vera salah tingkah. "Maaf Dokter Galih, saya jadi ngambil waktu kamu lebih lama."

Galih tersenyum tipis seadanya, "ga apa-apa. Tapi maaf ya, kayanya saya harus pergi duluan."

Vera mengangguk cepat, walaupun sebenarnya agak lemas terpana akibat senyuman tipis Galih. "Oh, iya Dok, silahkan."

Galih mengucap permisi, sambil tersenyum ia memutar tubuh dan beranjak pergi dari sana, meninggalkan Vera yang berdiri lunglai hampir roboh. Vera mengangkat tangan, melambai tanpa sepengetahuan Galih sambil menahan pekikkan gemas.

Vera menghela nafas, menyender pada dinding seraya menutup wajah cantiknya yang terasa panas, dan masih saja menjerit dalam hati.

Galih berjalan sepanjang lorong, membalas sapaan orang-orang yang menyapanya. Setelah keluar dari lorong rumah sakit, mata Galih menangkap sosok yang ia kenali sedang berjalan sehabis dari Apotek rumah sakit.

"Hanum," panggilnya.

Sosok yang dilihat Galih adalah Hanum. Hanum berhenti, mengenali suara ini, ia sontak memutar tubuh. Galih tersenyum begitu saja, segera ia beranjak menghampiri Hanum.

 CEO Kocak ✔ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang