Setelah istirahat selesai Alish buru-buru mengambil tasnya. Ia tak mau dulu bertemu dengan Elden, moodnya sedang tidak baik hari ini. Alish berniat pulang karena ia merasa tak enak badan.
Kini ia sedang berjalan tepat disamping lapangan. Tiba-tiba ada seseorang yang menabraknya dari belakang.
Bruk
"Aw ..." Bukan Alish yang terjatuh melainkan orang itu.
Alish pun berbalik untuk melihat siapa yang telah menabraknya. Ternyata itu Raina, orang yang sangat ia benci.
"Maafkan aku kak Alish," ucap Raina sambil mencoba berdiri menahan rasa sakit karena lututnya yang berdarah.
Alish melangkah maju mendekati Raina. Raina refleks mundur ketika Alish mendekatinya.
"Lo gue bebasin sekarang, sana obatin luka Lo," ucap Alish tepat di samping telinga Raina. Ia sedang tidak mood membully sekarang.
"Al! Lo apa-apaan hah?!" Tiba-tiba seseorang mendorong Alish menjauh dari Raina.
"El," batin Alish.
Elden tiba-tiba saja muncul dengan kedua sahabatnya Renal dan Zian.
"Lo mau bully Raina lagi hah?! Gak puas Lo bikin dia menderita?"
"Sadar Al, gue itu gak akan pernah suka sama Lo! Lo bisa ngerti gak sih? Jadi percuma Lo bully Raina, itu gabakal bisa buat gue sama Raina pisah!" bentak Elden.
"Udah kak Elden," ucap Raina melerai. Elden melangkah maju mendekati Alish.
"Tapi El, gue yang lebih dulu suka sama Lo! Kita juga akan dijodohkan. Lo mau kerja sama orang tua kita batal?"
"Gue gak perduli! Gue akan tetep nolak perjodohan kita!"
"El, Lo gila! Gue gak mau om Rendra marah dan mukul Lo lagi, jadi pliss Lo jangan tolak perjodohan kali ini," mohon Alish.
Alish tak sanggup jika Elden dipukul oleh ayahnya lagi hanya karna membatalkan perjodohan ini. Dulu ketika mereka masih kelas sepuluh Elden pernah menolaknya. Hingga ia tau bahwa Elden dipukul oleh ayahnya karena menolak perjodohan.
Saat itu memang Elden tak dekat dengan wanita manapun, tetapi Alish tak pernah tau apa alasan Elden menolak perjodohannya. Dan sekarang Alish tau Elden menolaknya karena Elden menyukai Raina. Adik kelasnya.
"Kalau gitu Lo yang harus nolak perjodohan ini, gue udah pacaran sama Raina!"
Plak
Alish menampar Raina menggunakan tangan kirinya. "Lo udah bikin Elden menderita!" ucap Alish sambil menunjuk kearah Raina.
Plak
"Lo yang membuat hidup gue menderita! Bisa gak sih Lo jangan murahan jadi cewek, udah berapa kali gue bilang gue gak suka sama Lo! Dan Lo jangan nyakitin pacar gue lagi."
Sakit, itu yang Alish rasakan saat ini. Ia menyentuh pipinya yang ditampar oleh Elden. Sakit di pipinya tak seberapa dibandingkan rasa sakit hatinya. Alish berusaha menahan air matanya agar tak keluar. Mereka bertiga sudah menjadi pusat perhatian sekarang. Raina segera menarik Elden menjauh dari Alish.
"Ngapain Lo pada disini? Sana ke kelas! Mau gue aduin ke guru?" ucap Arga membubarkan.
Ya. Arga ikut menyaksikan kejadian tadi. Ia juga melihat saat Raina tak sengaja menabrak Alish. Tadi Arga memang mengikuti Alish berniat menawarkan diri untuk mengantarkan Alish pulang.
"Lish ...." Arga menyentuh bahu Alish.
Alish tetap diam mematung, matanya berkaca-kaca, bahunya sedikit bergetar. Melihat Alish yang syok Arga pun merangkul Alish dan membawanya ke parkiran.
Alish masuk kedalam mobil milik Arga. "Nangis aja, gausah ditahan." ucap Arga yang melihat Alish diam sambil menahan tangisnya.
"Hiks Arga kenapa Elden jahat banget hiks, gu-gue salah apa sama dia hiks, hati gue sakit Ar, sakit." Alish memukul dadanya sesak rasanya mendengar perkataan Elden tadi.
Arga memegang tangan Alish agar Alish menghentikan aksinya. Ia menghapus air mata dipipi Alish. Ia tak menyangka jika Alish serapuh ini, sudah kedua kalinya ia melihat Alish menangis dihadapannya.
"Lo boleh nangis, tapi jangan nyakitin diri Lo sendiri." Arga menyentuh pipi Alish ia melihat memar disana.
"Sakit?" tanya Arga tapi Alish tak menjawab.
Arga menempelkan tangannya di dahi Alish mengecek suhu tubuh Alish.
"Lo demam. Gue antar ke rumah sakit ya?"
"Jangan," jawab Alish.
"Yaudah. Gue antar Lo pulang," ucap Arga.
"Jangan ke rumah gue," ucap Alish.
"Terus kemana? Lo demam Lish."
"Terserah."
Arga menghela nafasnya. Akhirnya ia melajukan mobilnya menuju ke arah rumahnya. Diperjalanan Alish hanya diam menatap keluar jendela mobil sambil melamun. Sementara Arga yang melihat itu pun merasa kasihan. Meskipun ia playboy tetapi Arga tak pernah menyakiti wanita secara fisik seperti Elden barusan.
***
Di UKS.
"Kakak ini apa-apaan sih?"
"Tadi kak Alish itu nggak bully aku kak. Tadi aku yang nabrak kak Alish duluan dan kakiku luka karna aku jatuh sendiri."
"Jangan bohong untuk nutupin kesalahan dia, Na."
"Aku nggak bohong kak. Kakak bisa tanya kak Arga. Dia daritadi ada dibelakang aku dan kak Alish, dia liat kejadian yang sebenarnya," ucap Raina.
"Aku gapeduli! Tadi dia nampar kamu, Na."
"Coba kakak liat pipi aku, apakah ada luka atau merah-merah bekas tamparan? Gaada kak! Kak Alish itu nampar aku pelan, dia menamparku menggunakan tangan kirinya. Itu tak sakit sama sekali kak."
"Sedangkan tadi apa yang kakak lakukan? Kakak menampar kak Alish kencang sampai pipi kak Alish lebam." Setelah mengatakan itu Raina pun keluar dengan tertatih-tatih ia membawa kotak P3K dan akan mengobati lukanya sendiri di kelas.
Rasa bersalah kini muncul dihati Elden. Elden merutuki dirinya sendiri yang sudah terbawa emosi sampai-sampai menampar Alish.
"Bro, gue gak terima Lo bersikap kayak tadi ke Alish. Bukan hanya fisiknya yang sakit, tapi hatinya juga man." ucap Renal yang baru saja masuk ke UKS bersama Zian.
"Gue setuju sama Renal. Gak seharusnya lo ngebentak Alish didepan banyak orang, cewek itu meskipun keliatan kuat tapi hatinya lemah, bro," ucap Zian.
Renal dan Zian pun meninggalkan Elden sendiri di dalam UKS.
"Akhhh brengsek!" Elden mengacak rambutnya frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis Hijrah
Teen Fiction"Kamu tau tidak kisah percintaan Zulaikha dan nabi Yusuf?" tanya umi Fatimah sambil menyuapkan bubur kedalam mulut Alish. Alish membuka mulutnya dan memakan bubur itu, ia menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu akan kisah itu. "Ketika Zulaikha men...