Sepulang sekolah, Alish meminta pak Yadi untuk mengantarkannya ke rumah Arga. Sudah lama juga ia tak bertemu dengan umi Fatimah. Ia rindu dengan umi Fatimah. Tapi tujuan utamanya kali ini bukan untuk itu, tapi untuk menanyakan suatu hal pada Arga. Ia ingin memastikan ucapan Niana sewaktu di sekolah tadi.
"Terimakasih, Pak. Bapak pulang aja, nanti Alish telpon kalau minta jemput," ucap Alish pada pak Yadi.
"Baik, Neng." Alish pun keluar dari mobil.
Alish menarik nafasnya perlahan ketika ia sudah berada di depan rumah Arga. Alish tau Arga sudah pulang dari lomba olimpiade hari ini. Namun, entah mengapa ia tak sekolah tadi. Jadi Alish tak bisa menanyakan itu disekolah.
Rasanya canggung sekarang ketika ia mengetahui hal itu. Mengapa bisa Arga menyukai dirinya. Apa yang Alish lakukan jika hal itu benar-benar terbukti. Dengan penuh ragu Alish pun memencet bel.
"Assalamualaikum," ucap Alish.
Tak lama umi Fatimah pun keluar membukakan pintu untuk Alish.
"Waalaikumussalam, Alish... kamu apa kabar? Udah lama gak mampir ke rumah Umi," ucap umi Fatimah. Alish pun segera mencium tangan umi Fatimah.
"Hehehe, iya Mi, maklum Alish orang sibuk," candanya sambil terkekeh.
"Kamu ini, ayo silahkan masuk," ucap umi Fatimah.
•••
Mereka sedang duduk diruang tengah sekarang. "Ini Umi, Alish bawa sedikit makanan untuk Umi," ucap Alish. Ia memberikan kantung plastik yang berisi martabak manis yang ia beli dijalan.
"Kamu ini, gak usah repot-repot," ucap umi Fatimah.
"Gak repot kok Umi," ucap Alish sambil tersenyum.
"Ohiya umi, emm... Arganya ada?" tanya Alish.
Terlihat jelas perubahan raut wajah umi Fatimah. Entahlah Alish merasa umi Fatimah sepertinya kurang suka saat ia menanyakan Arga.
"Emm... Arga ada di kamarnya, lagi istirahat, mau umi panggilkan?" tanya umi Fatimah.
"I--iya Umi, ada hal penting yang ingin Alish tanyakan ke Arga," ucap Alish jujur.
Umi Fatimah pun tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. "Ya sudah Umi panggil Arga dulu, kamu tunggu sebentar," ucap umi Fatimah.
Tak lama Arga pun menghampiri Alish. "Woy!" Teriakan Arga membuat Alish kaget.
"Astaghfirullah, Arga!" kesal Alish. Tiada hari tanpa bertengkar jika ia sudah bertemu dengan Arga.
"Ngapain Lo kesini, kangen gue ya?" tanya Arga. Ia duduk disamping Alish. Namun, kali ini Arga lebih sedikit berjarak.
Alish memutar bola matanya malas mendengar ucapan Arga barusan. Tingkat kepercayaan diri Arga sangat amat tinggi sekali rupanya.
"Wah martabak nih, enak kayaknya," ucap Arga sambil menyomot satu potong dan langsung memakannya.
"Sialan Lo, itu buat Umi!" ujar Alish. Ia sangat-sangat kesal pada Arga.
"Biarinlah, umi-umi gue berarti buat gue juga," ucap Arga dengan santainya.
"Kemana, Umi?" tanya Alish.
"Di dapur, lagi buat minuman sambil ngambil piring kali," ucap Arga yang masih asik menyomot sepotong martabak lagi.
"Ish Arga udah, itu buat Umi..." ucap Alish.
"Iya-iya, ada apa Lo datang kesini?" tanya Arga.
"Lo kenapa gak sekolah?" tanya Alish basa-basi. Ia masih berusaha mengumpulkan keberanian untuk menanyakan hal itu pada Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis Hijrah
Teen Fiction"Kamu tau tidak kisah percintaan Zulaikha dan nabi Yusuf?" tanya umi Fatimah sambil menyuapkan bubur kedalam mulut Alish. Alish membuka mulutnya dan memakan bubur itu, ia menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu akan kisah itu. "Ketika Zulaikha men...