20

29.8K 3.7K 713
                                    

Alish sudah siap untuk pergi ke sekolah. Sekarang ia sedang berada di depan rumahnya menunggu pak Yadi--supirnya mengeluarkan mobil dari garasi.

Srekk

Alish mendengar suara gesekan dari pagar rumah Elden yang dibuka. Disana ada Elden, Renal, Zian, dan juga Arga yang sedang bersiap untuk berangkat ke sekolah juga.

"Pagi Lish..." sapa Arga dari depan rumah Elden. Alish hanya tersenyum pada Arga.

Arga langsung menghampiri Alish, sementara Elden dan kedua teman lainnya masih sibuk memanaskan motornya masing-masing.

"Lo mau berangkat sekolah?" tanya Arga saat sudah berada di depan Alish.

"Yaiyalah pake nanya lagi, Lo gak liat gue udah pake seragam?" ujar Alish.

"Santai dong, tadi aja senyum anggun, eh sekarang kayak nenek sihir marah-marah," ujar Arga.

Alish hanya memutar bola matanya malas. Ia menghiraukan Arga dan melihat kearah garasinya menunggu pak Yadi mengeluarkan mobil.

"Mau bareng gue gak?" ucap Arga.

Alish kembali menatap kearah Arga. Ia mengerutkan keningnya, apa Arga akan mengajaknya naik motor bebek lagi? Oh tentu saja Alish tak mau. Motor milik Arga sangat lambat, maklum saja itu motor tua.

"Nggak deh, motor Lo kayak siput," ujar Alish jujur.

"Sialan Lo! Lagipula siapa yang mau ngajak Lo naik motor kesayangan gue lagi. Gue bawa mobil kali," ujar Arga.

Tiba-tiba pak Yadi keluar dari garasi dan menghampiri Alish yang sedang berdiri di depan rumah bersama Arga.

"Maaf Non, sepertinya mobil Non mogok," ujar pak Yadi.

"Kok bisa sih pak?" tanya Alish.

"Mungkin karna selama saya pulang kampung mobilnya jarang dipanaskan, jadi perlu dibawa ke bengkel," jelas pak Yadi.

"Terus gimana dong pak?" tanya Alish.

"Lo bareng gue aja," sahut Arga. Alish tak menghiraukan perkataan Arga.

"Ya udah deh, pinjem mobil Papi aja Pak. Tapi tolong izin dulu ya sama Papi, Alish tunggu disini," ujar Alish lagi.

"Udah telat loh... lama lagi kalau harus nunggu supir Lo manasin mobil Papi Lo," ujar Arga lagi.

Alish melirik jam ditangannya. Benar saja, jika ia harus menunggu lagi bisa-bisa ia terlambat.

"Pak Alish bareng temen aja deh," ujar Alish pada pak Yadi.

"Baik Non, kalau begitu saya permisi," ucap pak Yadi.

Alish menganggukkan kepalanya, ia menatap kearah Arga, melihat Arga yang tersenyum manis padanya, ia mengerutkan keningnya.

"Kenapa Lo?" tanya Alish.

"Gak kenapa-kenapa, ayo!" Arga mengajak Alish mendekati mobilnya yang sudah terparkir di depan rumah Elden.

Alish mengikuti Arga dari belakang, ia menunduk ketika melewati Elden, Renal, dan juga Zian. Ia tak mau matanya bertemu dengan mata milik lelaki itu.

"Eh ada neng Alish, bareng pacarnya nih ye," goda Zian. Sementara Elden sibuk memerhatikan tingkah Alish yang seperti menghindarinya dan Renal sibuk memperhatikan Elden yang sedang menatap Alish.

"Bukan pacar kali, tapi otw jadi calon istri," ujar Arga sambil terkekeh melihat Alish yang hanya menunduk.

Elden mengepalkan tangannya diam-diam. Entah mengapa rasa kesal muncul ketika mendengar Arga berbicara seperti itu.

Antagonis HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang