24

20.5K 2.7K 305
                                    

Alish sedang berdiri didepan cermin, memakai kerudungnya lalu merapihkan pakaian seragam yang ia kenakan.

"Sudah rapih," ujar Alish pada dirinya sendiri sambil tersenyum kearah cermin.

"MasyaAllah... cantik juga ya gue," ujar Alish terkekeh sambil mencubit pipinya sendiri.

Setelah usai mengagumi ciptaan Tuhan yang ada pada dirinya sendiri. Alish segera membawa tas nya dan turun kebawah untuk bertemu kedua orangtuanya.

"Selamat pagi Mami, Papi," sapa Alish saat melihat kedua orangtuanya sedang berada diruang makan.

"Pagi anak Papi," ujar Afsheen sambil tersenyum kearah Alish.

Alish pun duduk ikut bergabung bersama kedua orangtuanya. Ia melipat tangannya di meja, memerhatikan wajah Afsheen dan Vanya yang sedang makan.

"Kamu gak makan, Nak?" tanya Vanya.

Alish menggelengkan kepalanya.

"Kenapa? Nanti anak Papi sakit loh kalau gak sarapan," tanya Afsheen.

"Alish puasa hehe," ujar Alish cengegesan.

"Puasa? Emang sekarang bulan Ramadhan?" tanya Vanya bingung.

"Hari Kamis," jawab Alish.

Afsheen yang sedari tadi menyimak pun mengangguk mengerti.

"Oh puasa Sunnah. Papi jadi gak enak," ujar Afsheen merasa malu sekaligus bangga pada anaknya.

"Kenapa gak enak? Kan Papi lagi makan makanan kesukaan Papi," ujar Alish polos.

Vanya terkekeh mendengar ucapan putrinya.

"Bukan gitu maksud Papi, maksudnya Mami sama Papi gak enak makan didepan kamu yang lagi puasa," ujar Vanya.

"Oh gitu, gapapa kok lagian tadi Alish udah sahur bareng Bibi jadi sekarang nggak lapar," ujar Alish.

"Mami sama Papi lanjut makan aja," lanjutnya.

"Terus kamu ngapain disini, nggak langsung sekolah?" tanya Afsheen.

Alish melirik kearah jam tangan yang ia pakai, "Masih lama kok, Alish mau liatin Mami sama Papi makan aja," ujar Alish melipat tangannya kembali diatas meja.

Vanya dan Afsheen telah selesai melakukan kegiatan sarapannya. Namun mereka heran pada putrinya, sejak tadi putrinya menatap wajah mereka dengan serius. Sehingga membuat mereka tak leluasa saat makan.

"Kamu kenapa sih ngeliatin Mami sama Papi kayak gitu?" tanya Vanya.

Alish terkekeh, "Ternyata Mami sama Papi Good Looking  ya, pantesan Alish cantik," ujar Alish dengan santainya.

Afsheen dan Vanya saling bertatapan setelah itu mereka tertawa mendengar ucapan putrinya itu.

"Kamu ini ada-ada saja," ujar Afsheen.

"Mami sama Papi jangan pergi lama ya, awas aja kalau diperpanjang tinggal di Jerman nya. Udah janji loh cuma dua hari," ucap Alish.

"Iya-iya cuma dua hari kok, setelah itu Mami sama Papi akan cepat-cepat pulang," ujar Vanya.

"Yaudah Alish berangkat sekolah dulu. Oh iya Mami dan Papi kapan berangkat?" tanya Alish.

"Nanti siang," ujar Vanya.

"Yakin gak mau Alish anter, Alish bolos aja sehari ya," ujar Alish.

"Tidak usah, kamu sudah kelas dua belas loh, harus belajar yang rajin calon dokter," ucap Afsheen.

"Aamiin," balas Alish.

"Yasudah Alish pergi dulu, Assalamualaikum," ucap Alish setelah mencium tangan kedua orangtuanya.

Antagonis HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang