30

19.9K 2.6K 169
                                    

Alish sedang sibuk mengaduk sayur sop buatannya. Ia mengambil sendok dan mencicipi rasa masakannya.

"Udah pas kayaknya," ucap Alish saat sudah mencoba mencicipinya sedikit.

"Ada yang perlu bibi bantu, Neng?" tanya bi Marni menghampiri Alish.

"Ada Bi, coba cicipin ini," ujar Alish. Ia mengambil sendok lagi dan menyuruh bi Marni mencicipi masakannya.

"Wah enak, Neng. Ini mah lebih enak dari sayur sop buatan Bibi," ucap bi Marni sambil tersenyum.

"Ah Bibi bisa aja," ujar Alish tersenyum senang.

Terdengar suara telpon berbunyi di ruang tengah.

"Bi boleh tolong angkat telponnya? Alish masih harus nyiapin ini untuk mami papi," ucap Alish meminta tolong pada bi Marni.

"Baik, Neng." Bi Marni pun pergi ke ruang tengah untuk mengangkat telpon.

Sementara Alish sibuk merapikan meja makan dan menata masakannya disana. Alish menuangkan sayur buatannya dan memasukkannya ke dalam mangkuk. Setelah itu ia pun menaruhnya di meja makan.

"Huh, akhirnya selesai juga." Ia sangat senang saat melihat makannya sudah tertata rapi diatas meja.

Alish melirik jam tangannya. Masih pukul 11.00 mungkin satu jam lagi mami dan papinya akan pulang.

Ia pun membuat orange jus dan membawanya ke ruang tengah. Lebih baik ia menunggu orangtuanya sambil menonton TV disana.

•••

Elden bersama kawan-kawannya sedang dalam perjalanan. Mereka beriringan melajukan motornya menuju tempat pertandingan basket.

Sepanjang jalan Arga terus memikirkan Alish. Entah mengapa ia ingin mengajak Alish untuk menonton pertandingan ini.

Namun, ia juga tak bisa apa-apa ketika Alish sudah memutuskan tidak akan datang. Apa ini salah satu cara Alish untuk menjaga jarak darinya. Atau Alish memang tak suka bertemu dengan dirinya lagi ketika sudah mengetahui dirinya menyukai Alish.

Arga melihat motor milik teman-temannya sudah jauh di depan sana. Dengan tekad yang kuat ia pun memilih memutar balik motornya untuk segera menjemput Alish. Ia benar-benar ingin melihat Alish menyaksikan pertandingannya kali ini.

"Eh--eh berhenti!" teriak Zian yang menyadari motor Arga tak ada dibelakangnya.

Elden dan Renal pun menghentikan motornya.

"Kenapa?" tanya Elden.

"Arga, kayaknya dia puter balik," ujar Zian.

"Ck, ngapain sih tuh anak," kesal Renal.

"Jemput Alish kali, iri dia sama kita-kita," ujar Zian sambil terkekeh.

Tuk

Shasa mengetok helm milik Zian.

"Lo tuh ya! Masih aja bercanda," kesal Shasa.

"Ck, ayo kita putar balik!" ujar Elden.

"Kak, ini udah jam sebelas loh. Nanti kita telat, kakak ini kan kapten basket," ujar Raina yang duduk jok belakang Elden.

"Bener kata Raina. Kita tunggu Arga di lapangan aja Bro," ucap Renal.

Elden diam sejenak. Sebenarnya ia ingin menyusul Arga ke rumah Alish. Tapi ada benarnya juga apa kata Raina. Ia memiliki tanggung jawab besar sebagai kapten. Jadi ia tak boleh telat datang ke pertandingan.

"Cabut!" ujar Elden. Ia kembali melajukan motornya diikuti Renal dan juga Zian.

***

Antagonis HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang