39

8.7K 1.1K 174
                                    

Alish dan Elden duduk di tepi pantai. Sama-sama menatap kosong kearah lautan di depan mereka. Elden bingung sedari tadi Alish diam, tak berbicara sepatah kata pun ketika Elden mengungkapkan perasaannya pada Alish. Elden jadi takut jika dirinya salah bicara pada Alish.

"Ya Allah kenapa harus disaat seperti ini Elden mengungkapkan cintanya padaku. Apa benar Elden mencintai hamba? Hamba tau Yusuf mendekati Zulaikha setelah Zulaikha berubah. Namun bukan cerita seperti itu yang hamba maksud, hamba ingin seperti Zulaikha karna hamba ingin benar-benar berubah ya Allah."

"Hamba tidak mengharapkan apa-apa apalagi berharap Elden untuk mencintai hamba. Mungkin dulu memang harapan hamba seperti itu. Tapi sekarang tidak ya Allah. Hamba benar-benar ikhlas untuk berubah lillahita'ala. Kalau begini hamba harus bagaimana ya Allah. Hamba bingung," batin Alish.

Alish pun berdiri. Ia tak mau berlama-lama berduaan dengan Elden disini.

"Jangan pergi." Perkataan Elden membuat Alish berhenti ia berbalik pada Elden yang masih duduk disana.

Elden pun berdiri menghadap kearah Alish. "Gue cinta sama Lo Al. Gue gak bisa menjauh dari Lo," ujar Elden. Ia mengatakan itu lagi karena Alish tak menjawab apapun sedari tadi.

Alish tersenyum simpul pada Elden. "Akhirnya Lo balas juga perasaan gue El. Gue mau tunangan sama Lo lagi," jawab Alish dengan tersenyum.

Jawaban Alish sungguh tak terduga oleh Elden. Apakah secepat itu Alish berubah. Apakah memang benar dugaannya waktu itu bahwa Alish hanya menarik perhatiannya saja.

"Itu jawaban yang mau Lo denger dari gue El?" ucap Alish dengan wajah yang kembali datar. Elden mengerutkan keningnya.

"Maaf El. Gue akan tetap minta Lo buat ngejauh dari gue. Gue udah nyerah sejak dulu Lo nampar gue El. Gue gak mau terjebak cinta buta kayak dulu lagi. Ingat El, lelaki itu yang dipegang adalah ucapannya. Jadi, Lo mau kan ngabulin permintaan gue tadi?"

"Kalau emang Lo gak mau, biar gue aja yang pergi dari kehidupan Lo. Sesuai apa yang Lo katakan dulu. Gue akan memenuhi kemauan Lo itu," ujar Alish.

"Gak, gue tarik kata-kata gue waktu itu. Sekarang, gue mau Lo tetep ada disamping gue. Gue mau ngelindungin Lo dari orang-orang jahat," ujar Elden kekeuh.

"Lagian siapa sih yang mau jahatin gue El? Jangan cari alasan yang gak masuk akal deh."

Elden hanya diam. Tak menjawab lagi pertanyaan dari alish. Ia berkutat dengan pikirannya sendiri. Apakah ini waktu yang tepat untuk Elden mengatakan yang sebenarnya pada Alish. Apakah Alish akan percaya dengan semua yang dibicarakannya pada Alish nanti.

"Jawab El," ujar Alish. Ia ingin mendengar jawaban dari Elden. Lagian mengapa Elden setakut itu untuk menjauhinya.

"Orang tua gue," jawab Elden singkat.

"Orang tua Lo?" kata Alish bingung.

"Maksudnya tante Tania dan om Rendra? Jangan ngada-ngada deh Lo," jawab Alish tak percaya.

"Gue gak bohong," ujar Elden dengan wajah yang semakin serius.

Alish menggelengkan kepalanya. "Gak, gak mungkin gue gak percaya sama omongan Lo," ujar Alish.

"Gue serius Al. Plis percaya sama gue. Izinin gue untuk tetep ada di samping Lo, untuk jagain Lo," ujar Elden memohon pada Alish.

"G--gue gak tau lagi apa yang direncanakan sama papah dan mamah gue Al. Gue gak mau Lo kenapa-napa, izinin gue untuk jagain Lo terus," ujar Elden.

"Haha gue gak percaya sama alasan Lo, gak malu apa ngejelekin orangtua tua sendiri hanya untuk jadi alasan biar Lo gak ngejauh dari gue," ujar Alish.

"Ck, gue serius Al! Gue serius... Harus dengan kayak gimana lagi biar Lo percaya sama gue. Gue juga gak mungkin bohong dan ngejelekin orangtua gue di depan Lo," ujar Elden.

Antagonis HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang