Alish membuka matanya. Ia melihat kearah sekitar, ruangan ini tak ia kenal sama sekali. Ia berusaha duduk diatas ranjang. Tiba-tiba pintu kamar pun terbuka.
"Kamu sudah siuman, Nak." tanya seorang wanita paruh baya yang menggunakan jilbab.
"Sa-saya dimana tante?" tanya Alish.
"Udah siuman Lo," ucap Arga yang tiba-tiba masuk.
"Arga! Gu-gue di rumah Lo?" tanya Alish.
"Iya perkenalkan saya Fatimah, uminya Arga." Alish pun segera mencium tangan ibu Arga. Ia sangat malu sekarang, ia melirik tajam kearah Arga sedangkan yang dilirik tersenyum jahil.
"Nama kamu siapa, Nak?" tanya umi Fatimah.
"Saya Alish tante," jawab Alish sopan.
"Jangan panggil tante, panggil umi saja."
"Iya tan--eh umi."
Fatimah pun tersenyum. "Yasudah umi bawakan kamu bubur dulu ya," ucap umi Fatimah.
"Arga kamu jaga Alish sebentar. Awas jangan macem-macem! Jangan di tutup pintunya!"
"Astaghfirullah, iya umi Arga tau kok. Ngapain juga Arga khilaf sama cewek antagonis kayak dia," ucap Arga.
"Yasudah, umi keluar dulu." Fatimah pun pergi keluar kamar.
Setelah melihat umi Arga pergi Alish langsung memukul Arga.
"Gila lo! Ngapain bawa gue kesini?" kesal Alish.
"Ya lagian Lo! Dianter ke rumah sakit gamau, dianter ke rumah lo juga gak mau! Ya udah gue bawa ke rumah gue. Lagian sih Lo pake pingsan dijalan," ucap Arga.
Alish pun hanya diam tak membalas lagi perkataan Arga. Ia sangat berhutang budi pada Arga.
Allahuakbar Allahuakbar
"Udah adzan ashar gue mau ke mesjid dulu," ucap Arga.
"Hahahaha seorang playboy kayak Lo ke mesjid? Gak percaya gue."
"Sialan Lo! Gini-gini gue juga rajin solat," ucap Arga.
"Dahlah gue pergi dulu! Bisa ngamuk umi kalau gue nggak ke mesjid. Lo jangan kabur sebelum gue balik!"
"Hahahaha ke mesjidnya cuma gara-gara takut umi doang. Dasar playboy!" ucap Alish dengan kencang.
"Jangan keras-keras BG!"
"Biarin biar umi Lo denger Lo itu play--"
"Play? Play apa Alish?" tanya umi Arga yang berada di depan pintu dengan memegang nampan.
Alish diam ia melirik Arga yang sedang melotot padanya.
"Itu umi play apa yah? Ah iya PlayStation iya itu!" seru Alish.
"Oh itu sih mainan kesukaan Arga." Arga menghembuskan nafasnya lega. Kalau sampai umi tau kelakuannya di sekolah mungkin ia akan mendapatkan ceramah dari uminya.
"Arga kenapa kamu belum berangkat ke mesjid? Abi sudah menunggumu dibawah," ucap umi Fatimah.
"Iya umi, ini Arga mau keluar." Arga pun keluar dari kamar.
Umi Fatimah mendekati Alish dan duduk disamping Alish.
"Umi suapin ya, Nak."
"Emm gausah Mi, biar Alish sendiri aja yang makan," ucap Alish sungkan padahal sebenarnya ia tak bisa makan sendiri karena tangan kanannya dililit perban.
"Biar umi saja, umi udah lama nggak nyuapin anak makan. Arga selalu saja nolak katanya dia udah besar jadi malu."
Alish pun hanya tersenyum dan mengangguk. Umi Fatimah mulai menyuapi Alish.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis Hijrah
Teen Fiction"Kamu tau tidak kisah percintaan Zulaikha dan nabi Yusuf?" tanya umi Fatimah sambil menyuapkan bubur kedalam mulut Alish. Alish membuka mulutnya dan memakan bubur itu, ia menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu akan kisah itu. "Ketika Zulaikha men...