Sekarang Alish dan Rizwan sedang duduk di depan minimarket. Kebetulan di depan minimarket tersebut disediakan tempat duduk dan juga meja untuk para pembeli makan ataupun sekedar beristirahat disana. Alish dan Rizwan duduk berdua disana. Alish yang sibuk memakan roti karena tadi ia lupa sarapannya. Sementara Rizwan sibuk memakan cemilan yang Alish belikan tadi di minimarket.
"Rizwan," panggil Alish saat ia telah memakan habis rotinya.
"Iya, kak?"
"Kok kamu jualan disini sih, bukannya kamu jualan di minimarket dekat mesjid itu kan?" tanya Alish.
"Emm iya kak, aku diusir gak boleh jualan disana," ujar Rizwan memasang wajah sedih.
"Loh kenapa??" tanya Alish kaget.
"Emm i--itu ada penjual tisu lain yang jualan di tempat itu juga," jawab Rizwan.
Alish yang mengerti pun hanya menganggukkan kepalanya. "Terus kok kamu bisa jualan di tempat ini?" tanya Alish.
"Oh itu kak, Om ganteng yang ngasih tau tempat ini. Om ganteng juga yang minta izin untuk aku bisa jualan disini," kata Rizwan.
Alish terkejut. Alish kira Elden tak pernah bertemu Rizwan lagi sama seperti dirinya.
"Oh iya Rizwan mau tanya."
"Tanya apa?" ujar Alish penasaran.
"Kok kakak gapernah nemuin Rizwan bareng Om ganteng lagi sih, kakak sama Om ganteng berantem ya?" tanya Rizwan.
"Ah nggak kok, kebetulan kakak lagi sibuk aja, emang kalau Om ganteng datengin Rizwan kalian ngapain sih?" tanya Alish.
"Emm main dong kak. Om ganteng juga suka ngajarin Rizwan sama teman-teman Rizwan main musik, belajar, membaca dan yang paling Rizwan suka Om ganteng suka jajanin Rizwan hehehe," ujar Rizwan cengegesan.
Alish yang mendengarkan Rizwan berbicara pun hanya ikut tersenyum kecil. Pasalnya ia sangat senang melihat wajah Rizwan yang sangat antusias sekali menceritakan kebersamaannya dengan Elden.
"Oh iya, kak Elden juga suka cerita tentang kak Alish. Kak Elden bilang kak Alish itu cerewet, banyak bicara padahal kak Elden gak pernah nanya sama kak Alish. Emang bener ya kak?" tanya Rizwan.
Alish hanya diam, ia jadi ingat ternyata dulu ia secerewet itu pada Elden sampai-sampai Elden menceritakannya pada Rizwan. Memang benar dari dulu Elden tak pernah bertanya tentang hal apapun mengenai dirinya. Meski begitu, dia tetap menceritakan semua hal tentang dirinya pada Elden. Dimulai dari tentang dirinya yang alergi udang sampai hal-hal yang lainnya.
Entahlah, apa yang dipikirkan Alish waktu itu. Sudah diabaikan namun tetap saja berceloteh seakan Elden sangat antusias mendengarkannya. Ada sedikit rasa sakit ketika waktu itu, namun Alish menyingkirkan rasa sakit itu, dalam pikirannya Alish harus tetap membuat Elden suka padanya.
Namun sekarang Alish jadi tau. Selama ini, Elden yang terlihat mengabaikannya ternyata tetap mendengar setiap celotehan Alish waktu itu. Ada rasa senang di hati Alish saat mengetahui hal itu. Namun bagaimana sekarang, Alish tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Entah apa yang dirasakannya pada Elden sekarang Alish juga bingung.
Sudah banyak rasa sakit yang Elden berikan dulu, Alish juga tak tahu kenapa Elden bisa benci padanya. Jika dibilang karena Alish membully Raina. Mungkin ia dan mungkin juga tidak, pasalnya Elden berubah ketika ia bahwa orang tuanya akan menjodohkannya dengan Alish. Entahlah, mungkin Elden memang tak menyukai Alish. Tapi mengapa sekarang sikap Elden berubah lagi, mengapa ia selalu mendekati Alish ketika Alish ingin menjauh darinya. Rumit.
"Kakak kok malah diem?" tanya Rizwan membuyarkan lamunan Alish
"Ah gapapa." Alish melirik jam tangannya sudah jam 09.00 ia baru ingat bahwa ada tempat yang ingin dia tuju. Ia harus buru-buru pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis Hijrah
Roman pour Adolescents"Kamu tau tidak kisah percintaan Zulaikha dan nabi Yusuf?" tanya umi Fatimah sambil menyuapkan bubur kedalam mulut Alish. Alish membuka mulutnya dan memakan bubur itu, ia menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu akan kisah itu. "Ketika Zulaikha men...