"Gimana masakan Mama, Al?" tanya Tania. Ia tersenyum pada Alish yang sedang sibuk makan.
Alish buru-buru menatap kearah Tania. Ia tersenyum.
"Enak, Tan," jawab Alish. Ia kembali menatap kearah makanannya. Sementara diam-diam Tania menatap sinis kearah Alish.
"Al kamu dan Elden masih dekat, kan?" tiba-tiba Rendra bertanya seperti itu. Sepertinya Elden tau arah pembicaraan ayahnya akan kemana.
"Alish deketnya sama Arga," ujar Elden. Sebenarnya ia tak rela berucap seperti itu. Tapi mau bagaimana lagi jika ia tidak mengatakan hal itu ayahnya pasti akan memaksa Alish agar mau dijodohkan dengan Elden lagi.
Mendengar jawaban Elden Alish seketika melotot kearah Elden. Sementara Elden hanya mengangkat bahunya acuh.
"Apaan sih Elden!" batin Alish. Ia sangat kesal pada Elden sekarang.
"O-oh gitu ya, jadi kamu udah bener-bener gak cinta lagi sama anak Mama?" tanya Tania. Ia berusaha memancing Alish kembali.
Alish diam sejenak. Ia menyimpan sendok diatas piring lalu menatap kearah Tania. Alish menghela nafasnya lagi-lagi pertanyaan ini yang harus ia jawab.
Elden yang penasaran pun menatap kearah Alish. Ia penasaran dengan jawaban Alish kali ini. Ia belum sepenuhnya percaya jika Alish sudah tidak mencintainya.
"Maaf," ujar Alish. Hanya itu yang ia ucapkan. Sebenarnya ia juga masih bingung.
"Tidak apa-apa Mama ngerti kok," ujar Tania.
Sementara diam-diam Rendra mengepalkan tangannya dibalik meja. Jika sudah tidak ada kesempatan mengambil harta keluarga Afsheen lewat perjodohan. Ia harus merencanakan hal yang lain.
"Jadi bener lo udah gak cinta sama gue?" batin Elden sambil diam-diam menatap Alish.
"Om, Tante kayaknya Alish harus pamit pulang. Udah malam soalnya. Terimakasih atas makan malamnya," ujar Alish. Ia berdiri dari kursi.
"Kok buru-buru, Al?" tanya Tania.
"Sudah biarkan saja anak itu pulang," ujar Rendra.
Mendengar itu Alish langsung melihat kearah Rendra. Alish merasakan ada yang berbeda dengan ayahnya Elden itu. Seperti marah padanya.
"Saya permisi Om, Tante. Assalamualaikum," ujar Alish.
"Biar gue anter sampe depan," ujar Elden.
"Diam dan tetap duduk kamu Elden," ujar Rendra.
Merasa tak enak dengan suasana di keluarga Elden saat ini. Alish pun ingin segera pergi.
"Gausah makasih, yaudah saya pamit," ujar Alish. Ia buru-buru keluar dari rumah Elden.
"Papah ini apa-apaan sih? Kok jadi kasar gitu sama Alish, nanti rencana kita gagal," ujar Tania.
"Rencana kita memang sudah gagal, jadi untuk apa baik pada anak itu lagi, lama-lama saya muak. Anak itu jadi so suci sekarang," ujar Rendra.
"Papah ngomong apa barusan?!" sentak Elden. Ia tak terima Alish dibicarakan seperti itu oleh orangtuanya.
"Apa kamu?! Berani membentak Saya sekarang hah! Dasar anak gak ada gunanya," ujar Rendra. Ia berdiri dan langsung pergi begitu saja.
•••
"Ck gimana caranya biar bokap nyokap gue sadar."
"Gue cinta sama Alish, tapi gara-gara mereka gue jadi melakukan hal yang bodoh dan brengsek!"
"Gue harus gimana?!"
"Arghhh..." Elden mengacak rambutnya frustasi.
Ia jadi bingung sekarang. Ia harus melakukan apa untuk melindungi Alish. Sepertinya rencana kedua orangtuanya tidak akan selesai sampai disini. Pasti mereka merencanakan sesuatu yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis Hijrah
أدب المراهقين"Kamu tau tidak kisah percintaan Zulaikha dan nabi Yusuf?" tanya umi Fatimah sambil menyuapkan bubur kedalam mulut Alish. Alish membuka mulutnya dan memakan bubur itu, ia menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu akan kisah itu. "Ketika Zulaikha men...