1

90.9K 6.3K 192
                                    

Seorang gadis cantik berambut panjang kini sedang berdiam diri di dalam kelas. Suasana kelas masih sepi mungkin karena ia datang terlalu pagi hari ini. Ia melipat tangannya diatas meja lalu menidurkan kepalanya diatas tangan. Matanya terpejam tetapi pikirannya kacau.

Dia adalah Alisha Afsheen Quenneta. Gadis yang dianggap tokoh antagonis di sekolahnya karena ia sering membully. Meskipun yang ia bully hanya satu orang, tapi semua siswa disekolah memanggilnya Queen of bullying. Bahkan banyak yang segan terhadap Alish.

Sudah lima tahun Alish menyukai Elden, dan sejak itu pula Alish selalu mendekati Elden meskipun ia sering kali ditolak dan direndahkan. Sebenarnya Alish adalah orang yang baik, hanya saja ia tak rela ketika Elden lebih memilih wanita lain dibandingkan dirinya. Sifat antagonis Alish muncul karena ia terlalu dibutakan oleh cinta. Sampai-sampai ia rela dibenci oleh semua teman disekolah nya.

Raina dia adalah gadis lugu yang sering Alish bully. Bukan tanpa alasan Alish membully Raina. Alish tak suka terhadap Raina karena selalu mendapatkan perhatian dari Elden.  Sedangkan Alish yang selama ini berjuang untuk mendapatkan Elden tak pernah dilirik sedikitpun. Hanya ada tatapan benci dimata Elden untuk Alish semua itu karna Raina gadis yang baru saja ia temui satu tahun lalu.

Satu persatu teman kelasnya mulai masuk kedalam kelas. Tapi ia tak menghiraukannya, ia masih tetap dengan posisinya tadi.

"Helo eperibadeh ...."
"Shasa yang cantik datang," jerit seseorang yang baru saja memasuki kelas, membuat semua siswa didalam kelas menutup telinganya.

Shasa adalah sahabat Alish, bisa dibilang ia hanya satu-satunya orang yang mau berteman dengan Alish disekolah ini.

Shasa berjalan menuju bangkunya. Ia kaget sekaligus heran melihat Alish yang sedang tidur dibangkunya. Ia pun duduk disamping Alish.

"Lish, ini beneran lo, kan? Wah ada apa gerangan nih lo mau duduk disamping gue. Biasanya nempel mulu sama si Elden."

Alish tak bergeming. Ia sedang malas bicara sekarang, mood nya sedang hancur.

Melihat tak ada jawaban Shasa pun menghiraukannya, ia beralih memainkan ponselnya sambil menunggu bel masuk berbunyi.

"Sha ... Aku duduk dimana?" ucap cewek cupu teman sebangku Shasa yang baru saja datang.

"Tuh duduk sama si Elden dulu. Mood si Alish lagi ancur kayaknya."

cewek cupu itu pun melihat kearah bangku Elden. Ia tak berani jika harus duduk disamping Elden. Bisa-bisa Alish akan membully-nya ia pun berjalan kearah kursi kosong paling belakang dan duduk disana.

"Gila! si cupu kayaknya takut dibully sama lo, Lish."

"Hm"

"Ye Lo mah. Giliran ngejawab hm doang," kesal Shasa.

Alish pun mengangkat kepalanya, ia melirik ke arah bangkunya.  Sudah ada  Elden yang  duduk disana. Ia pun bangkit dari bangku Shasa dan berjalan ke bangkunya untuk duduk bersama Elden.

"Ye, gue kirain mau duduk disini," ucap Shasa yang melihat Alish sudah beranjak dari bangkunya.

Alish duduk disamping Elden. Sebenarnya Alish tau Elden mau duduk bersamanya hanya karna terpaksa. Karena Alish mengancam akan mengeluarkan Raina jika Elden tidak mau duduk sebangku dengannya. Alish merupakan anak pemilik sekolah, atas kekuasaan itulah Alish berani mengancam Elden.

"Pagi Elden!" ucap Alish dengan penuh semangat, tak lupa pula dengan ukiran senyum manis di bibirnya.

Elden yang disapa oleh Alish hanya fokus pada ponselnya. Tak melirik sedikitpun kearah Alish.

Antagonis HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang