37

8.9K 1.4K 134
                                    

Pagi ini Alish sedang bersiap-siap untuk pergi ke suatu tempat. Ia sangat bersemangat untuk pergi ke tempat itu. Alish juga menolak ajakan teman-temannya untuk pergi liburan.

Ngomong-ngomong satu Minggu lalu Alish sudah menyelesaikan Ujian Sekolahnya. Sebentar lagi ia akan lulus dari SMA GARUDA. Sekolah milik keluarganya itu. Tinggal satu langkah lagi, Alish harus berjuang untuk bisa diterima di universitas impiannya.

"Non Alish sudah siap?" tanya pak Yadi.

"Sudah, pak."

Pak Yadi membantu Alish membawa barang-barang masuk ke dalam mobil. Sementara Alish pergi ke dapur terlebih dahulu untuk berpamitan pada bi Marni.

"Bibi," panggil Alish.

"Iya, Non." Bi Marni yang sedang mencuci piring pun menghentikan aktivitasnya dan melihat kearah Alish.

"Alish pergi dulu ya bi," ucap Alish sambil tersenyum.

"Loh, Neng Alish yakin mau pergi liburan sendirian?" tanya bi Marni. Ia tak tenang jika Alish pergi sendiri.

"Ya yakinlah bi... Bibi mau ikut juga?" tanya Alish.

"Hehe enggak deh Neng. Bibi disini aja jaga rumah."

Alish tersenyum pada bi Marni. "Kalau gitu Alish pamit dulu ya bi, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, hati-hati Neng."

Setelah berpamitan pada bi Marni Alish bergegas keluar rumah. Menemui pak Yadi yang sedang sibuk memasukkan barang-barang dan mengecek kondisi mobil milik Afsheen.

"Sudah siap, Pak?" tanya Alish.

"Sudah Non, non Alish yakin mau nyetir mobil sendiri, biar Saya aja yang nyetirin gimana?" ujar pak Yadi.

"Yakin Pak, bapak sendiri kan yang ngajarin Alish nyetir. Alish udah jago kan pak?" tanya Alish sambil tersenyum. Setelah kepergian orangtuanya Alish tak ingin menjadi anak yang manja, ia ingin mandiri. Alish meminta pak Yadi untuk mengajarkannya mengemudi. Agar ia tak selalu merepotkan pak Yadi. Meskipun pak Yadi bilang itu sudah menjadi kewajibannya sebagai supir. Tapi tetap saja Alish ingin belajar menyetir.

"Hehehe iya Non, tapi Non jangan ngebut-ngebut seperti waktu itu ya, saya kaget loh Non."

"Iya-iya Pak, lagipula ingin hidup kali pak hehe.."

"Yasudah Alish pergi dulu ya Pak."

"Iya Non, hati-hati," ujar pak Yadi.

Setelah itu Alish memasuki mobil. Ia menyalakan mesinnya.

"Bismillahirrahmanirrahim," ujar Alish. Setelah itu ia menginjak gas dan pergi membawa mobilnya menjauh dari rumah.

•••

Elden sudah siap akan pergi liburan bersama teman-temannya. Mereka akan menghabiskan waktu liburan mereka yang sebentar ini untuk refreshing sejenak dari aktivitas belajarnya.

Ya, meskipun mereka hanya tinggal menunggu kelulusan sekolah bukan berarti aktivitas belajarnya juga selesai. Langkah mereka masih panjang, mereka harus giat belajar agar mereka bisa lulus dalam ujian masuk perguruan tinggi nanti.

Elden menggendong tas ranselnya dan menjinjing sepatunya keluar rumah. Ia berniat memakai sepatu di teras nanti. Saat ia membuka pintu rumahnya, tak sengaja ia mendengar percakapan Alish dengan Pak Yadi.

Tentunya ia kaget ketika mendengar Alish akan menyetir mobil sendirian. Ia kira Alish akan dijemput oleh Shasa dan Niana. Kalaupun tidak mengapa Alish harus menyetir mobil sendiri. Bukankah ia bisa berangkat ke rumah Shasa bersama Elden ataupun tetap diantar pak Yadi. Lagipula mereka kan akan berangkat liburan menggunakan bus mini yang telah disewa oleh mereka di rumah Shasa.

Antagonis HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang