10

36.8K 5.1K 198
                                    

Seperti kesepakatannya tadi di sekolah, Alish menunggu Elden di depan kompleknya. Ia berdiri sendirian, memainkan ponselnya untuk menghilangkan rasa bosan. Sebenarnya tadi Arga menawarkan untuk menemaninya menunggu Elden, tapi Alish menolaknya karena tidak mau merepotkan Arga.

Cit!

Motor milik Elden berhenti dihadapan Alish. Elden membuka kaca helmnya dan menatap Alish.

"Naik!" ucap Elden.

Alish menatap lama wajah Elden,
"Duh gue gak bisa kayaknya nih lupain Elden."

"Lo ngomong apa?" tanya Elden yang seperti melihat Alish sedang berbicara, tapi tak jelas terdengar.

"Eh, nggak gu-gue gak ngomong apa-apa," jawab Alish cepat.

"Lo harus bisa lupain Elden Lish," lanjutnya dalam hati.

"Cepet naik" ketus Elden.

"Gue jalan aja," jawab Alish.

"Ck, naik!" ucap Elden. Masih tak turun dari motor miliknya.

"Gue udah bilang, kan. Gue mau jalan!" ujar Alish lantang. Ia sudah berani membentak balik Elden sekarang.

"Mau sampai kapan sih Lo bersikap kayak gini? Lo kayak gini nyusahin tau gk! Lo gini cuma mau ambil perhatian gue doang, kan?" ucap Elden dengan penuh percaya diri.

Mata Alish membelalak tak percaya, ia tak percaya jika Elden berpikir Alish berubah hanya karna dirinya. Meskipun dulu memang benar Alish selalu ingin mencari perhatian dari Elden, tapi untuk kali ini tidak.

"Lo ngomong apa sih, El. Lo gak liat gue pake rok panjang kayak gini, Lo pikir deh, apa gue bisa naik motor kayak gitu?" tanya Alish santai.

Elden yang mendengar jawaban Alish pun hanya bisa terdiam, ia merutuki dirinya sendiri karena sudah asal bicara pada Alish.

"Gue jalan, terserah lu mau duluan gapapa, gue ga perduli lagi kalau Lo diamuk nyokap Lo," ujar Alish lalu berjalan menjauhi Elden yang masih terdiam diatas motornya.

Alish melangkahkan kakinya dengan santai menuju kearah rumahnya, ia heran sekarang, mengapa motor Elden belum melewati dirinya sama sekali. Alish pun memberhentikan langkah kakinya.

"Kenapa berhenti? Jalan!" ujar seseorang dari belakang.

Alish terlonjak kaget, ia membalikkan tubuhnya untuk melihat siapa orang itu. Ternyata itu Elden, Elden berjalan mengikutinya dari belakang dengan mendorong motornya.

Alish tersenyum dingin kearah Elden,"Sebegitu takutnya dimarahin nyokap."

Setelah berucap seperti itu Alish melanjutkan jalannya kembali tanpa memperdulikan Elden.

Ngengggg

Alish kaget ketika tiba-tiba saja motor Elden melaju sangat kencang melewati dirinya. Tapi Alish tak perduli, mungkin Elden kesal karena ucapannya barusan.

***

Biasanya ketika keluarga Alish mengadakan makan malam bersama keluarga Elden, Alish selalu meminta waktu untuk berduaan dengan Elden.

Tapi kali ini berbeda, bukan Alish yang meminta waktu untuk berduaan dengan Elden. Tetapi, orangtua merekalah yang menyuruh mereka berdua untuk mengobrol di halaman belakang, mungkin karna sejak pulang tadi mereka tak pernah saling bicara lagi.

Hanya ada keheningan diantara mereka berdua sekarang. Alish tak menyukai situasi seperti ini, tapi ia berusaha menahan dirinya agar tidak masuk kedalam rumah dan tetap bersama Elden. Karena kalau tidak, akan ada banyak lagi pertanyaan yang ia dapatkan dari orangtuanya apalagi orangtua Elden.

"Sejak kapan Lo mutusin pake hijab?" tanya Elden menyudahi keheningan yang sedari tadi tercipta.

"Tadi pagi," jawab Alish seadanya. Karena memang benar ia baru tadi pagi mengambil keputusan untuk menutup auratnya.

"Belum cukup cari perhatiannya?" ucap Elden dengan kepercayaan diri yang sangat amat tinggi.

"PD banget Lo! sejak kapan juga Lo suka cewek berhijab? Perasaan Lo cuma suka cewek baik-baik kayak Raina doang," ucap Alish.

"Dan itu pernah jadi alasan lo dulu pura-pura baik ke Raina di depan gue kan? Sama kayak rencana Lo sekarang," ujar Elden sambil tersenyum kecut.

"Lo masih belum percaya kalau gue bener-bener mau berubah, El?" tanya Alish memastikan. Karena ia rasa Elden sudah tak mempercayai apapun lagi mengenai perubahan dirinya, termasuk perubahannya ingin menjauhi Elden.

"Nggak dan gue rasa Lo gak akan pernah berubah Al, seorang antagonis yang keras kepala kayak Lo sangat diragukan perubahannya,"

"Meskipun sekarang Lo pake hijab, Lo masih sama murahannya, bukan hanya untuk dapat perhatian gue, tapi Arga juga," ujar Elden dengan senyum remeh.

"Sabar Lish," batin Alish sambil mengelus dadanya. Ia berusaha meredam emosinya saat mendengar ucapan Elden.

"Terserah Lo mau ngomong apa, gue gak butuh pengakuan dari Lo. Tapi yang Lo harus tau, semua orang bisa berubah, Al...."

"Dan langkah yang gue ambil sekarang ini bener-bener tulus dari hati gue, gue mau berubah, gue mau jadi Zulaikha yang berpindah haluan untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan."

"Zulaikha?" tanya Elden yang tidak mengerti arah pembicaraan Alish.

"Hmm," jawab Alish dingin. Alish sudah mengetahui bahwa Elden tak akan mengerti ucapannya.

Elden terdiam, melihat Alish yang berubah dingin kembali membuatnya sulit untuk bicara lagi.

"El..." panggil Alish. Sorot mata Alish berubah menjadi sendu ketika Elden menatap kearahnya.

"Gue ikhlas. Gu-gue pastiin malam ini kebahagiaan Lo akan dimulai," ujar Alish.

"Lo akan bebas dari gue, gue gak akan pernah ancam buat keluarin Raina lagi dari sekolah, gue pastiin Lo gaakan dipukul om Rendra lagi karna nolak perjodohan, gue pastiin setelah ini Lo akan hidup bahagia," ujar Alish dengan berat hati.

Sangat sulit bagi Alish untuk ikhlas dan menyerah begitu saja setelah bertahun-tahun ia berjuang untuk mendapatkan Elden. Bertahun-tahun juga ia ditolak Elden, tak ada sedikitpun terlintas didalam benaknya akan menyerah seperti sekarang.

Tapi sekarang ia rela, ia ikhlas, sebesar apapun cintanya pada Elden tidak akan membuatnya bahagia, hanya ada rasa sakit yang Alish rasakan jika ia terus memaksakan cintanya untuk Elden.

Elden sedari tadi diam mencerna kata-kata yang Alish bicarakan barusan. Perasaannya campur aduk sekarang. Ia masih ragu Alish sudah berubah dan anehnya ada sedikit rasa tidak rela didalam hati Elden ketika mendengar Alish mengucapkan kata ikhlas. Elden masih tak mengerti apa yang diucapkan Alish, tetapi ia lebih tak mengerti dengan perasaannya yang sekarang.

"BUKTI," Alish berucap lagi setelah beberapa saat hening.

"Gue akan buktiin itu malam ini," ucap Alish dengan senyum. Senyuman yang mengandung luka didalamnya.

Deg

Melihat sorot mata dan senyum Alish, membuat perasaan Elden tak karuan.

***

Hallo semuanya...

Selamat membaca, jangan lupa vote dan komen juga yaa

Tunggu part selanjutnya:)


Antagonis HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang