Kini Alish sedang makan malam bersama keluarga Elden. Tadi Elden datang ke rumah Alish untuk mengajak makan malam dirumahnya. Tentunya bukan Elden yang mau tapi orangtuanya yang menyuruh Elden menjemput Alish.
"Kapan papah dan mamah kamu pulang ke Indonesia Al?" tanya Tania--ibu Elden disela-sela makan.
"Satu Minggu lagi, Mah." memang Alish memanggil Tania mamah karena permintaan ibu Elden sendiri.
"Baguslah, sebentar lagi kita akan membicarakan perjodohan kalian," ucap Rendra--ayah Elden.
Alish hanya tersenyum kaku mendengarnya. Ia melihat kearah Elden, wajah Elden terlihat sangat tak suka mendengar kata perjodohan ini.
"Ngomong-ngomong kamu cantik banget hari ini. Tumben kamu dandan, kalian mau ngedate ya?" tanya Tania melirik kearah Elden dan juga Alish.
"Ng-nggak, Mah. Tadi Al baru belajar make up dari YouTube. Terus Elden jemput jadi aku nggak sempet hapus make-up nya," ucap Alish beralasan.
"Bohong," batin Elden yang mendengar alasan yang dilontarkan oleh Alish.
"Wah hebat sekali kamu. Baru pertama belajar udah secantik ini. Tapi emang dasarnya kamu sudah cantik kali yah," ucap Tania. Lagi-lagi Alish hanya tersenyum menjawabnya.
"Tangan kamu kenapa Al?" tanya Rendra yang menyadari tangan Alish memakai perban.
Elden yang mendengar perkataan papanya pun melihat kearah tangan Alish, ia baru menyadari tangan kanan Alish memakai perban.
"Emm i--itu luka bakar, Pah. Tapi udah diobatin kok," jawab Alish.
"Kenapa bisa luka, Al? Tapi tidak sakit , kan?" tanya Tania khawatir.
"I--itu , Ma. Tadi pagi Alish nyoba masak nasi goreng. Terus gak sengaja kena minyak pas buat telur mata sapi, hehehe," ucap Alish sambil cengegesan.
"Kamu ini, lain kali hati-hati kalau lagi belajar masak. Nanti Mama ajarin deh." Alish tersenyum dan mengangguk. Ia senang sekali meskipun papah dan mamahnya jarang dirumah. Tetapi masih ada orangtua Elden yang selalu memperhatikan dan mengkhawatirkannya.
***
Kini Alish dan Elden sedang berada di dalam mobil. Seperti biasa Elden disuruh oleh orangtuanya untuk mengantarkan Alish pulang.
Tak ada percakapan diantara mereka berdua. Jika biasanya Alish yang selalu mengoceh dan bertanya pada Elden meskipun tidak diberi jawaban. Sekarang Alish hanya terdiam menatap keluar jendela mobil, memerhatikan jalanan yang diguyur hujan.
"Kenapa?" Suara Elden memecah keheningan.
Alish mengalihkan pandangannya pada Elden yang sedang fokus menyetir mobil. Ia mengerutkan keningnya bingung.
Elden memberhentikan mobilnya di pinggir jalan. "Kenapa Lo bohong?" tanya Elden. Alish masih saja diam tak menjawab Elden sama sekali. Ia mengalihkan pandangannya lurus kedepan tanpa menatap Elden sedikitpun.
"Jawab, Al. Gue tau Lo bohong! Lo dandan cuma buat nutupin luka lebam lo, kan?"
"Terus kenapa Lo nanya kalau udah tau jawabannya?" Elden terdiam mendengar jawaban dari Alish.
"Kenapa Lo gak ngadu aja ke nyokap bokap gue hah?! Gue siap dipukul karena memang benar itu perbuatan gue. Kenapa Lo cuma jahat sama Raina sih?!" tanya Elden frustasi.
"Gue nggak sejahat itu, sampai-sampai ngaduin Lo ke bokap Lo," jawab Alish datar.
"Terus kalau Lo gak jahat kenapa Lo ngebully Raina?! Kenapa!" Alish diam kembali. Tak ingin menjawab lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis Hijrah
Teen Fiction"Kamu tau tidak kisah percintaan Zulaikha dan nabi Yusuf?" tanya umi Fatimah sambil menyuapkan bubur kedalam mulut Alish. Alish membuka mulutnya dan memakan bubur itu, ia menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu akan kisah itu. "Ketika Zulaikha men...