11

35.7K 5.1K 176
                                    

"Bagaimana bisnis mu di Jerman Afsheen?" tanya Rendra pada sahabatnya.

Keluarga Alish dan juga Elden sedang makan malam bersama di meja makan. Elden duduk berhadapan dengan Alish, Tania berhadapan dengan Vanya--ibu Alish, Rendra berhadap-hadapan dengan Afsheen--ayah Alish.

"Lancar, bagaimana dengan bisnismu?" tanya Afsheen balik.

"Ya... Begitulah masih kurang baik, masih butuh suntikan dana dari perusahaan lain," ucap Rendra jujur.

"Kamu tenang saja Dra... saya akan bantu kamu," ujar Afsheen.

"Terimakasih," ujar Rendra.

"Kalian ini, masih saja ngomongin bisnis, sekarang ini lagi family time loh, jadi stop dulu pikirin perusahaannya," ujar Vannya.

"Iya-iya," jawab Afsheen pada sang istri.

"Nah, gitu dong."

"Oh ya, Alish kok diem aja sih. Biasanya kamu itu cerewet godain Elden terus," ujar Tania ibu Elden saat melihat Alish hanya fokus memakan makanannya sendiri.

"Gapapa Tante," ujar Alish sambil tersenyum kaku.

"Kok tumben-tumbenan kamu manggil mamah Tante?" tanya Tania, aneh dengan perubahan Alish sekarang, apalagi saat melihat Alish menggunakan hijab sikapnya pun jadi berubah.

"Maaf mah," ujar Alish.

Suasana canggung kini menyelimuti ruang makan, Alish menghela nafasnya mempersiapkan diri untuk membicarakan sesuatu yang serius pada dua keluarga yang ada dihadapannya.

"Aku ingin bicara penting pada kalian," ujar Alish. Semua mata tertuju pada Alish, menatap Alish dengan penuh kebingungan.

"Aku mau perjodohan aku dan Elden dibatalkan," ujar Alish dengan tegas.

"Apa?!" pekik semua orang di meja makan, kecuali Elden yang masih saja terdiam tak menunjukkan ekspresi apapun meskipun dirinya sama kagetnya.

***

Sudah setengah jam lalu keluarga Elden berpamitan pulang, tapi Alish dan kedua orangtuanya masih duduk di meja makan. Orang tua Alish ingin meminta penjelasan pada Alish atas ucapannya tadi.

"Jadi... kenapa kamu membatalkan perjodohan ini, Nak. Bukankah dulu kamu yang memaksa Papi untuk menjodohkan kamu dengan Elden?" tanya Afsheen dari hati ke hati pada Alish.

Alish tertunduk, ia berusaha keras menahan air matanya. Sebenarnya ia tak mau melepaskan Elden, tapi ia juga tak mau egois dan hanya mementingkan perasaannya sendiri.

"Jawab dulu pertanyaan Papi Alish," ucap Vanya pada sang anak.

"Em, Alish udah gak cinta sama Elden Pih..." ujar Alish.

"Apa itu jawaban jujur?" tanya Afsheen sambil menatap lekat mata Alish, Afsheen merasa Alish sedang berbohong sekarang.

Alish yang ditatap pun mengangguk dengan ragu.

"Papi hanya butuh jawaban jujur darimu, Nak," suara berat Afsheen membuat Alish ketakutan, sepertinya Papinya mengetahui ia tengah berbohong.

Alish menatap kearah Maminya. Vanya yang ditatap tersenyum dan mengangguk, memberi kode bahwa Alish sebaiknya jujur.

"Elden udah punya pacar Pih..." cicit Alish.

Brak!

Afsheen menggebrak meja makan, membuat Alish dan Vanya kaget. Alish yang ketakutan pun langsung memeluk Vanya. Sementara Vanya berusaha menenangkan Alish yang kini sedang menangis di pelukannya.

Antagonis HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang