26

19.7K 2.6K 52
                                    

Alish merenggangkan tubuhnya diatas kasur. Ia berusaha membuka matanya, menguceknya agar menyesuaikan cahaya yang masuk.

Setelah matanya terbuka dengan sempurna, Alish melihat kearah jam dinding di kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul 04.50.

"Astaghfirullah, gue kesiangan!" Alish terlonjak kaget saat mengetahui dirinya telat bangun.

Ia buru-buru beranjak dari kasurnya, menyambar handuk, dan segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah selesai mandi Alish buru-buru memakai baju seragamnya dan langsung melaksanakan sholat subuh. Untung saja waktu subuh belum habis.

•••

Alish turun dan segera pergi ke dapur untuk sarapan. Disana ia sudah melihat bi Marni yang sedang menyiapkan makanan untuknya.

"Selamat pagi, Neng," sapa bi Marni saat melihat Alish duduk di hadapannya.

"Pagi, Bi." jawab Alish lesu. Entah mengapa hari ini  Alish merasa matanya masih ngantuk. Mungkin karna tadi malam ia tidur terlalu malam karna asik membaca novel yang baru ia beli kemarin.

"Neng, Alish masih ngantuk?" tanya bi  Marni. Ia melihat anak majikannya itu beberapa kali menutup mulutnya untuk menguap.

"Ehmmm... iya Bi," jawab Alish lesu.

Bi Marni tersenyum sambil memberikan segelas susu di hadapan Alish."Yasudah, ini Neng diminum susunya, bibi mau kebelakang dulu."

Alish hanya mengangguk. Bi Marni pun pergi kebelakang untuk menyelesaikan pekerjaannya yang lain.

"Astaghfirullah, Neng Alish, Neng bangun," ucap bi Marni saat dirinya melihat Alish yang tertidur di meja makan. Ia baru saja kembali dari belakang.

Jam sudah menunjukkan pukul 06.45 itu artinya Alish sudah kesiangan masuk sekolah.

"Emm... Iya, Bi." Alish berusaha membuka matanya.

"Neng, udah kesiangan," ucap bi Marni.

"Astaghfirullah," Alish langsung membulatkan matanya. Ia melirik kearah jam, benar saja dirinya sudah terlambat masuk sekolah.

Alish buru-buru berdiri mencium tangan bi Marni setelah itu ia berlari keluar rumah, mencari pak Yadi untuk mengantarkannya ke sekolah.

•••

Elden baru saja keluar dari rumahnya. Ia melirik ke samping, tepatnya kearah teras rumah Alish. Masih terparkir mobil milik Alish disana, itu artinya Alish belum juga pergi.

Ia melirik kearah jam tangannya. Sudah pukul enam pagi. Tapi mengapa Alish masih belum saja pergi. Biasanya ia selalu datang lebih pagi untuk ke sekolah.

Elden pun jadi cemas. Apa terjadi sesuatu pada Alish, apa Alish sakit sehingga ia tak akan masuk sekolah.

Elden berjalan ke depan rumah Alish. Ia memanggil pak Yadi yang sedang memanaskan mobil disana.

"Pak," panggil Elden dari luar.

Pak Yadi mendekati pintu gerbang dan membukanya.

"Eh Mas Elden ada apa?" tanya pak Yadi.

"Alish gak sekolah, Pak?" tanya Elden.

"Sekolah kok, Mas. Neng Alish masih sarapan didalam. Emangnya kenapa Mas?" ujar pak Yadi.

"Gapapa, Pak. Kalau gitu saya permisi," ucap Elden. Ia kembali ke teras rumahnya untuk memanaskan motor yang akan ia gunakan ke sekolah.

Di depan rumahnya, Elden masih terus memerhatikan halaman rumah Alish. Sudah lebih dari dua puluh menit tetapi Alish masih saja belum keluar.

Antagonis HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang