23

23.7K 2.9K 376
                                    

Malam ini keluarga Alish mengundang Elden dan keluarganya berkumpul untuk makan malam sekaligus membicarakan tentang kejelasan perjodohan mereka.

"Bagaimana, Al?" tanya Rendra penuh harap.

Semua keputusan kini sudah berada ditangan Alish sepenuhnya.
Alish terdiam sejenak mencerna pertanyaan Rendra dan memikirkannya matang-matang.

Ia menarik nafasnya. Melirik kearah Elden yang sedari tadi hanya diam. Alish menyadari sesuatu, lebam di wajah Elden. Ya, lebam itu bukannya berkurang malah bertambah parah. Alish tak tau apa penyebabnya.

"Jadi bagaimana, Al. Kamu masih mau, kan melanjutkan perjodohan ini?" tanya Tania--ibu Elden.

Alish mengalihkan pandangannya pada Tania. Ia menarik nafasnya dalam-dalam menyiapkan diri untuk mengatakan apa yang telah ia putuskan.

"Emmm Alish tetap mau perjodohan ini batal," cicit Alish.

Tania dan Rendra tentu saja kaget mendengar jawaban dari Alish. Tapi mereka menyembunyikannya dan tetap duduk tenang.

"Kenapa, bukannya kamu cinta sama Elden. Mama liat Elden juga cinta kok sama Alish. Iya kan, Nak?" ucap Tania melirik kearah Elden.

Alish menatap kearah Elden yang diam-diam juga menatap dirinya. Ia menunggu jawaban dari Elden atas apa yang dikatakan oleh Tania. Bahkan sampai saat Alish sudah rela melepas pun. Masih ada sedikit harapan didalam benak Alish.

Elden mulai membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan dari Tania. Namun, Alish buru-buru mencegahnya dan mengatakan sesuatu.

"Alish udah gak cinta lagi sama Elden," ujar Alish. Setelah itu iya tertunduk dan memejamkan matanya sejenak.

"Maaf," batin Alish. Iya telah membohongi hati kecilnya sendiri.

Sontak semua orang yang berada di meja makan pun terkejut. Termasuk kedua orangtuanya yang mengetahui bahwa putrinya itu masih memiliki rasa cinta pada Elden meskipun sudah mengikhlaskannya.

Elden adalah orang yang paling terkejut disini. Namun, apa yang bisa ia perbuat. Takdir memang kejam dan akan lebih kejam lagi jika dirinya dan Alish bersatu.

"Selesai," batin Elden sambil menyunggingkan senyum malang untuk dirinya sendiri.

Ya. Misi Elden untuk membuat perjodohan ini batal telah selesai. Meskipun kemarin ia sempat egois dan tetap ingin mempertahankan perjodohan ini.

"Perasaan gue gak akan pernah usai, Lish," batin Elden lagi.

Alish mengatakan itu karna ia tak ingin mendengar apapun jawaban yang Elden katakan nantinya.

Ia takut jika Elden menjawab tidak mencintainya akan berbuntut pukulan Rendra nanti seperti dahulu Elden menolaknya. Dan yang lebih ia takuti adalah jika Elden menjawab ia mencintai Alish, itu akan membuat pertahanan Alish runtuh dan membuat wanita lain juga ikut tersakiti. Ya, wanita itu tak lain adalah Raina kekasih Elden.

Bicara soal Raina. Alish jadi ingat, bahkan ia sama sekali belum meminta maaf atas perlakuannya selama ini pada gadis itu.

"Kamu serius, Lish?" tanya Rendra dengan begitu khawatirnya.

"Sudahlah, Ren. Anak kita sudah besar. Mereka bisa menentukan pilihannya sendiri," ujar Afsheen.

"Tapi, bagaimana dengan kerjasama perusahaan kita?" tanya Rendra pada Afsheen.

Mendengar itu, Elden melirik tak suka pada sang ayah. Sementara Alish tersenyum kepada Afsheen. Afsheen pun mengangguk ketika melihat putrinya tersenyum kepadanya.

"Tak usah di pikirkan, saya akan tetap bantu perusahaanmu. Tapi tidak untuk kerja sama," ujar Afsheen.

Mendengar itu Rendra memang lega. Tetapi ia tak puas dengan jawaban yang diberikan oleh Afsheen.

Antagonis HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang