Sudah satu Minggu Alish menjauh dari Elden, ia sedang berusaha menjaga jarak, bahkan sekarang ia tak duduk disamping Elden lagi.
Diruang kelas hanya ada Alish dan Elden. Teman-temannya belum datang, karena Alish sudah mulai terbiasa berangkat lebih pagi ke sekolah. Namun, berbeda dengan Elden, tumben-tumbenan dia sudah berada di kelas pagi ini.
Alish tak menghiraukan Elden yang sedang duduk dan menatap dari jauh kearah bangkunya. Ia lebih tertarik untuk membaca buku ditangannya. Sebenarnya ia senang diperhatikan oleh Elden seperti itu, tapi ia harus berusaha agar bisa menghilangkan perasaannya untuk Elden, meskipun itu sulit.
Satu-persatu teman kelasnya mulai berdatangan. Alish bernafas lega, karena ia sudah bosan dengan suasana canggung antara dirinya dengan Elden. Setidaknya jika ada teman lain Elden tak akan memperhatikannya lagi.
"Hallo eperibadeh ...." teriak Shasa yang langsung berjalan kearah bangkunya.
"Lo anak baru ya? Cantik banget! Tapi maaf ini tempat duduk sahabat gue Alish. Eh tapi Lo kok mirip banget ya sama sahabat gue?" ucap Shasa saat melihat gadis yang memakai hijab duduk di bangku Alish.
"Ini gue Sha ...."
Shasa membuka mulutnya. "LO ALISH?! GILA CANTIK BANGET LO, KAYAK BIDADARI TAU GAK!"
"Shutth ... Lo bisa gak sih nggk teriak kayak gitu. Gue malu temen-temen jadi pada liatin gue," ucap Alish menarik Shasa untuk duduk disampingnya.
"OMG gapapalah. Lo bener-bener berubah Lish, setelah seminggu ini Lo jauhin Elden dan libur bully Raina. Sekarang Lo pake hijab! Gue seneng liatnya," ucap Shasa tersenyum senang pada Alish.
"Tapi, Lo ini tobat beneran kan? Bukan mau nyari perhatian Elden doang?" Lanjutnya.
"Gila lo! Ya beneran lah. Mana berani gue main-main masalah kayak gini, apalagi urusannya sama tuhan," ucap Alish.
"Syukur deh kalau kayak gitu, gue percaya," ujar Shasa.
"Lish gue mau pake hijab juga dong," ucap Shasa.
"Lo, kan. Non-muslim Sha ..." ujar Alish.
Shasa menggaruk lehernya yang tak gatal. "Eh iya gue lupa."
"Emang non-muslim gaboleh ya pake hijab?" tanya Shasa.
"Ya--ya gue gak tau juga sih," ujar Alish.
***
Tring ... tring ... tring ...
"Lish, udah istirahat nih. Gue ke kantin duluan ya bareng si cupu, nanti kalau Lo udah beres solat ke kantin aja biar gue yang pesenin dulu," ujar Shasa beranjak dari kursinya.
Jam istirahat di sekolah Alish bersamaan dengan waktu sholat Dzuhur, akhir-akhir ini Alish selalu pergi ke mesjid terlebih dahulu sebelum ke kantin. Shasa pun sudah tau tentang perubahan Alish.
Setelah Shasa pergi Alish segera mengeluarkan mukena di dalam tasnya lalu pergi keluar kelas.
"Miris banget gue ke mesjid selalu sendirian, lagian kenapa ya mayoritas murid disini non-muslim. Yang muslim paling cuma anak beasiswa, itu juga gue gakenal selain si Raina," Alish menggerutu sendirian di koridor.
Banyak murid yang menatap heran pada Alish saat ia berjalan di koridor, mungkin karna penampilannya yang tertutup saat ini. Alish yang merasa malu pun berjalan sambil menunduk.
Bugh
"Astaghfirullah, pake berhenti mendadak, siapa sih udah tau gue lagi malu," batin Alish saat kepalanya menabrak punggung seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis Hijrah
Подростковая литература"Kamu tau tidak kisah percintaan Zulaikha dan nabi Yusuf?" tanya umi Fatimah sambil menyuapkan bubur kedalam mulut Alish. Alish membuka mulutnya dan memakan bubur itu, ia menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu akan kisah itu. "Ketika Zulaikha men...