Semenjak pernyataan Alish malam itu, kini hubungan Alish dan Elden semakin renggang. Hubungan? Ah, rasanya hanya Alish saja yang menganggapnya suatu hubungan, sementara Elden, tak tahu apakah dia menganggap itu sebagai hubungan atau tidak.
Alish juga tak tahu apakah Elden merasakan kerenggangan ini atau tidak. Pasalnya lelaki itu bersikap biasa saja meskipun Alish kini sudah memberikan jarak diantara mereka. Mungkin Elden senang dengan kerenggangan ini.
"Heh! Ngapain Lo ngelamun sendirian di kelas? Kesambet baru tau rasa Lo!"
ujar Shasa yang baru saja datang.Suasana kelas XII IPA 2 masih sepi, hanya ada Shasa dan Alish disana.
"Apaan sih," ujar Alish kesal karna Shasa telah mengagetkannya.
"Lagian sih Lo! Pagi-pagi gini udah ngelamun, ngelamunin apa sih?" tanya Shasa penasaran, lalu Shasa duduk disamping Alish.
"Nggak, bukan apa-apa," ujar Alish.
Shasa mengangguk,"Oh ya, Lo gak ada niatan pindah lagi gitu? duduk samping Elden."
Alish mengerutkan keningnya lantas melihat kearah Shasa. "Lo ngusir gue?"
"Eh ng--nggak gitu, maksud gue kan selama ini Lo bareng si Elden terus."
"Terus. Kenapa kalau gue mau duduk bareng Lo, gak boleh?" tanya Alish.
"Y--ya boleh lah!" ujar Shasa dengan suara tinggi.
"Njir, ngapain gue takut ya ngobrol sama Lo," ujar Shasa merasa sedari tadi ia gugup berbicara pada Alish.
Alish hanya mengangkat bahunya acuh, ia mengeluarkan alat tulisnya dan menyimpannya di meja karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.
"E--em Alish," panggil Niana menghampiri bangku Alish dan Shasa.
"Hm. Ada apa?" tanya Alish dengan santai.
"A--anu, em aku duduk sama Elden lagi?" tanya Niana dengan penuh hati-hati.
"Iya, Lo duduk sama Elden sampai lulus. Gue duduk sama Shasa," ujar Alish.
"O--oh gitu ya, ya--yaudah aku duduk bareng Elden," ucap Niana.
Alish pun mengangguk dan sedikit tersenyum, karena ia merasa Niana masih takut padanya, padahal Alish tak pernah membully Niana jadi mengapa Niana harus takut padanya.
Niana tersentak melihat senyum Alish, karna baru kali ini seorang Alish tersenyum padanya. Setelah itu Niana pun berpamitan dan segera menuju tempat duduknya yaitu disamping Elden.
"Kayaknya si cupu masih takut deh sama Lo Lish," ujar Shasa yang sedari tadi mendengar pembicaraan Alish dan Niana.
"Niana Sha... bukan si cupu," ujar Alish.
"Iya-iya," ujar Shasa.
***
Bel istirahat telah berbunyi sedari tadi. Sekarang Alish, Shasa, dan juga Niana berada di kantin. Memang Alish mengajak Niana untuk ke kantin bersama dirinya dan juga Shasa karena Alish ingin berteman juga dengan Niana, sama seperti dirinya berteman dengan Shasa, menurut Alish Niana adalah orang yang baik.
"Niana Lo mau kan temenan sama gue?" tanya Alish disela-sela mereka makan.
Uhuk!
Saking kagetnya mendengar perkataan Alish, Niana sampai tersedak.
"Eh, ini minum dulu," ujar Alish buru-buru memberikan sebotol air mineral miliknya pada Niana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis Hijrah
Teen Fiction"Kamu tau tidak kisah percintaan Zulaikha dan nabi Yusuf?" tanya umi Fatimah sambil menyuapkan bubur kedalam mulut Alish. Alish membuka mulutnya dan memakan bubur itu, ia menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu akan kisah itu. "Ketika Zulaikha men...