17

32.6K 4.2K 138
                                    

"Al... sarapan dulu, nih Mami udah buatin kamu nasi goreng spesial," ucap Vanya ketika melihat Alish yang sedang turun di tangga.

"Iya Mih. Good morning," ujar Alish dengan semangat menghampiri ibunya dan memeluk ibunya dari belakang.

Vanya terkekeh melihat perlakuan anaknya,"Manja banget sih anak Mami."

"Ish Mami... kan Alish kangen udah lama Mami dan Papi jarang dirumah," ujar Alish dengan mengerucutkan bibirnya dan masih memeluk Vanya.

Vanya mematikan kompornya karena masakannya sudah matang. Ia berbalik menghadap Alish dan menatap wajah putrinya itu dengan penuh rasa bersalah.

"Maafin Mami ya, Al. Maaf karna selama ini Mami gak pernah ada disamping kamu," ujar Vanya sambil menitihkan air mata.

Alish menggelengkan kepalanya, ia tersenyum kearah Vanya dan perlahan-lahan menghapus air mata ibunya dengan tangannya.

"Nggak... Alish ngerti Mi. Alish ngerti kalau semua yang dilakukan Mami dan Papi itu untuk kebahagiaan Alish juga."

"Alish yang seharusnya minta maaf karna Alish dulu selalu nuntut ini itu, selalu marah ketika Mami dan Papi pulang karena Alish berfikir kalian hanya mementingkan pekerjaan."

Alish pun memeluk Vanya dengan erat, ia tumpahkan seluruh rasa rindunya dengan pelukan hangat itu. Vanya tersenyum membalas pelukan Alish dan mengusap kepala putrinya.

"Sudah... jangan nangis oke, kita mulai lagi dengan membuka lembaran baru, Mami janji akan berusaha untuk punya waktu buat kamu begitu juga Papi," ujar Vanya ketika mendengar Alish menangis didalam pelukannya.

Vanya melepas pelukannya perlahan lalu mengusap air mata Alish, "Yuk makan, keburu dingin nasi gorengnya."

Alish tersenyum pada Vanya. Ia berjalan ke meja makan menyimpan tas sekolah miliknya dan duduk di kursi. Sementara Vanya menyajikan nasi gorengnya kedalam piring dan memberikannya pada Alish.

Alish pun memakan masakan ibunya dengan lahap, "Enak, udah lama Alish gak makan nasi goreng buatan Mami."

Vanya tersenyum melihat putrinya makan dengan lahap.

"Oh iya, Papi mana Mi?" tanya Alish disela-sela makannya.

"Sebentar lagi juga turun," ujar Vanya.

"Good morning semua..." ujar Afsheen yang berjalan menuju meja makan.

"Morning Pi..." sahut Alish dengan penuh bahagia.

Afsheen mendekati putrinya dan mencium pipi Alish. "Duh anak papi cantik banget sih," ucap Afsheen lalu mengusap kepala putrinya dan duduk disamping Alish.

"Ish Papi! nanti hijab Alish berantakan lagi... susah tau benerin nya," ujar Alish sambil mengerucutkan bibirnya.

Afsheen dan Vanya pun terkekeh melihat tingkah putrinya yang seperti anak kecil.

"Kok malah ngetawain Alish sih! tau ah Alish kesel," ujar Alish kesal. Itu semakin membuat wajahnya terlihat imut Dimata orang tuanya.

"Habisnya kamu lucu sih, kayak anak TK," ujar Vanya.

"Iya dong kan Alish emang lucu," sombong Alish.

Vanya dan Afsheen hanya menggeleng kan kepalanya mendengar ucapan putrinya yang sangat percaya diri itu.

"Oh iya, Mami sama Papi gak makan?" tanya Alish.

"Mami sama Papi mau lari pagi dulu, paling makan bubur ayam depan komplek," jawab Vanya.

"Ish... kok Alish gak diajak sih?" kesal Alish.

"Kan kamu sekolah, emangnya kamu mau telat?" ujar Afsheen.

Antagonis HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang