1.2 Nervous time(2)

45 10 2
                                    

duhai kasih, lihatlah aku sekarang ini..
mungkin aku belum sempurna, tapi aku mencintaimu dengan tulus~

Azeeeeek, annyeong chingu~

Sammy dan Lusi hadir lagi hari ini.

🌻

Sammy Yiroko

"Suka?" tanya gw cemas

"Iya, Zia ini suka aksi panggung lo. Dan karena itu, dia ingin join eskul kita" Jawab Gio panjang lebar

Seketika gw tenang dengar jawaban dari Gio. Hampir aja. Coba kalian bayangin kalo Zia suka gw. Gw bakalan ribet banget. Gio pasti bakalan bujuk gw nerima Zia. Karena Gio kan, taunya gw jomblo.

Zia berdiri mendekati gw, dan mengangkat kanan tangannya untuk bersalaman dengan gw, "Hai kak Sammy. Kenalin aku Zia" Ucap dia

"Iya, udah tau kok. Tadi kan udah di kenalin Gio" Ujar gw sambil menyalami tangan Zia.

Zia duduk kembali. Bukan di tempat yang tadi, melainkan duduk tepat di samping gw. Gw melirik ke Gio sebentar. Jadi berasa bocah gw, di himpit sama dua orang.

"Ternyata kakak lebih ganteng ya, kalau dilihat dari dekat gini" Ucap Zia

"Ehh, iya" Ujar gw sambil tertawa renyah

'positive thingking sam, mungkin emang orangnya kayak gitu'

Zia lalu mengambil handphone dari saku bajunya. Dia memberikan handphonenya ke gw. Heran, untuk apa dia kasih ke gw. Handphone gw masih bagus. Gw bolak balik handphonenya. Oh mungkin pamer, soalnya lebih bagus nih handphone daripada punya gw. Tapi tunggu, dia kan kagak tau handphone gw gimana. Akhirnya gw oper aja ke Gio.

Enak banget tuh bocah, masuk ke ruang tunggu. Bawa sepupunya. Eh malah dia asik makan. "Nih Gio" Ucap gw sambil kasih handphonenya Zia ke dia.

"Duh sam, lu ngapain sih kasih ke gw. Zia itu minta nomor lu" Ujar Gio sambil mengopernya ke gw

"Lagian dia gak ngomong" Yaudah gw ketik aja nomor gw ke handphone Zia. Tapi ada satu angka yang gw ubah. Biar Zia ini gak dekat gw. Gw takut dia ingin maksud lebih. Setelah itu gw balikin lagi ke Zia handphonenya. Zia tersenyum lebar banget, pipinya memerah. Jujur ya, dia emang cantik. Tapi gw gak bisa, cantik aja belum cukup untuk memiliki hati gw.

🐣

Lusi Areyna

'Bisa. Lo pasti bisa Lusi' Ucap gw dalam hati menyakinkan diri.

"Perkenalkan nama saya Lusi Areyna. Saya merupakan karyawan pindahan dari Perusahaan Novelia. Saya harap kita dapat menjadi partner yang baik. Terimakasih" Kira-kira begitulah salam perkenalan pertama gw di Perusahaan Yinelia. Perusahaan ternama di Jakarta. Gw cukup beruntung bisa masuk ke sini. Kerja keras gw terbayarkan. Step by step. Belajar dari bawah. Walau kata orang, sekarang ini gw juga belum jadi apa-apa. But, kita gak tau apa yang terjadi kedepannya kan?.

Perusahaan Yinelia ini agak berbeda dari tempat kerja yang sebelumnya. Disini lebih banyak orang yang penuh ambisi dan anti social. Di hari pertama ini, gw agak kena culture shock. Gimana gak kaget coba. Waktu jam makan siang, karyawan disini rata-rata makan sendiri, terus juga jarang ada yang makan di luar. Mereka lebih memilih bawa bekal. Bagus sih, tapi sampai segitunya kah?.

Setelah bekerja kurang lebih delapan jam. Akhirnya gw pulang juga. Berdiri di halte bus, gw menunggu Sammy seperti biasa disana. Lima menit berlalu, dari waktu pertama gw datang. Sammy berlari dari kejauhan. Sweaternya di lengan kanan tanpa dia gunakan. Tasnya terlampau besar. Rambutnya yang sangat acak-acakan.

"Hai, udah lama nunggu ya?" tanya Sammy sambil mengatur napasnya.

"Pelan-pelan sam, gak perlu lari segala. Lagian aku baru lima menit kok disini" Ucap gw

"Lima menit??, berarti telat lagi dong aku" Ujar Sammy cembetut

Jari jemari gw merapihkan rambut Sammy yang terlihat acak-acakan, "Gak kok sam, kamu cuma telat dikiiit doang"

"Tetep aja Lusi, berarti telat namanya"
Kekeh Sammy

Sammy ini ya, kalau berunding masalah waktu, pasti panjang endingnya. Padahal dia cuma telat datang ke halte bus. Bukan ke cafe tempat dia manggung. "Saam, plis kali ini ngalah ya. Kalo kita terus debat. Yang ada telat ke cafenya" Bujuk gw

"Iya, iya. Yaudah sini" Ujar Sammy

"Sini apaan?" tanya gw heran

"Tangan kamu. Aku mau pegangan tangan sama kamu" Ucap Sammy

"Ouh. Nih" Ujar gw mengulurkan tangan, tapi saat Sammy meraihnya. Gw menarik kembali, "Eits, gak semudah itu Sammy"

Gw berlari menjauh dari Sammy. Di belakang Sammy berteriak dan terus mengejar. Sesederhana itu memang, tapi hasil kejar-kejaran itu menambah rasa cinta yang ada. Sammy pun berhasil menangkap gw. Saat berjalan kembali ke halte bus, dia terus menggenggam tangan gw, tanpa memberi celah untuk gw lari lagi.  Hingga akhirnya bus yang kita tunggu datang.

Tbc

Thanks for reading..

lov uuuu..

Little Boo | SanhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang