26. Pamit Sebentar~

34 4 0
                                    

Assalamu'alaikum semuanya. Gimana hari ini, semoga hanya kabar baik yang menyertai ya.

Oke beb, langsung aja deh, the day LITTLE BOO UPDATE!!

WARNING!!
Don't be a silent readers.
Vote & Comment Juseyo ~

🌻

"Bu es teh dua ya" Ujar Lusi, masih dengan gaya mengatur napas.

Defan menggeret kursi, untuk Lusi duduki. "Lo cepet juga ya larinya"

"Elo tuh, udah kayak atlet lari. Cepet bangeet, Wuuush" Sahut Lusi menggoda Defan.

"Ini neng es tehnya" Bu Ijah, selaku bu kantin. Membawakan pesanan mereka.

Dua teguk, tiga teguk, bahkan sampai empat teguk. Habis diminum oleh mereka. Dua orang yang dulunya pernah saling tersakiti kini, duduk bersama sembari sesekali tersenyum kecil, mengingat kejadian bodoh masa sekolah mereka.

"Lega" Ujar Defan setelah berhasil menghilangkan rasa hausnya.

"Eh iya, def. Kan daritadi lo nyeritainnya si Elang. Terus Raldonya mana?" tanya Lusi heran.

Defan menoyor pelan, jidat Lusi,"Dodol, makannya jadi orang jangan kepancing emosi dulu. Gue kirain lo udah tau daritadi. Raldo itu ya Elang luus"

"Hah?? Serius lo??"

"Iya dodol. Elang Erraldo, itu nama panjangnya. Gue juga gak nyangka awalnya. Karena ya, lo tau sendirikan Elang itu gimana di sekolah dulu, kecil, item. Ya gak sepadan banget deh sama gue. Tapi kalo sekarang, behh ajib gile, entah rutinitas apa aja yang udah dia lewatin, sampe punya tubuh se-perfect itu. Gue aja ngiler liatnya"

Lusi hanya diam mendengarnya. Banyak kejadian yang sedang dia sangkut pautkan, dengar penjelasan Defan. Apa ini alasan Raldo tahu alamat rumahnya, atau inikah alasan Raldo baik terhadap dirinya. Karena sebenarnya Raldo memiliki dendam yang seharusnya bukan ditujukan untuk Lusi. Raldo ini salah paham.

Bahkan Lusi, hanya pernah melihat Raldo beberapa kali saat di masa sekolahnya dulu, dia juga tak tahu siapa itu Elang, jika di saat akhir sekolah, bukan Elang sendiri yang memperkenalkan diri.

Jadi mau bagaimanapun juga, ini hanyalah kesalahpahaman. Tapi, siapa yang Raldo maksud selanjutnya?

Mengapa dia bilang, jika banyak yang tak menyukai Lusi.

'ARGHH' Semakin Lusi pikirkan, malah membuat kepalanya menjadi sakit. Entah nasib apa lagi yang harus ia terima.

---

Yeja memeluk erat gue, "Jadi bener nih lo keluar?"

"Bener ka, aku titip semuanya ya, apalagi yang badannya kayak hulk itu" Ujar gue sembari menunjuk ke arah Defan, dan melepaskan pelukan hangat dari Yeja.

Yeja menanggapi gue dengan sebuah celetukan,"Syiap beb"

Bu Rona, dia tak banyak bercakap-cakap. Matanya hanya berbinar, seperti takut kehilangan. Tapi ya mau bagaimana, gue bukan ingin pergi, hanya takdir yang membiarkan gue tak lagi disini.

"Saya doakan kamu segera dapat yang terbaik ya lus, baik itu pekerjaan, usaha atau apapun itu" Ujar Bu Rona yang setelah itu juga memberikan pelukan hangatnya.

"Iya bu, terimakasih doanya dan makasih atas perhatian ibu ke saya, saya gak bakal bisa lupain momen-momen indah sama kalian semua" Jawab gue.

Defan, kali ini dia menoyor kepala gue. Lagi.

"Lus, mungkin bukan di tempat ini, tapi suatu saat nanti, gue yakin banget lo jadi orang hebat!" Defan memberikan senyum lebarnya.

"Thank's lo" Sahut gue.

Gue menatapi mereka bertiga, ya tak langsung pergi meninggalkan. Bukan karena tak mau, hanya sedang menunggu. Menunggu sosok yang di cinta datang. Harusnya bukan begini, memperkenalkan kekasih hati, di tengah perpisahan yang tengah terjadi.

Gue sempat menengok ke arah jam tangan. Harusnya sih sudah sampai orang itu, tapi batang hidung belum terlihat sampai sekarang.

"Lo nunggu apalagi lus?" tanya Defan yang sepertinya paham kalo gue terlihat menunggu.

"Gue nunggu-"

"Lusi" Teriak Sammy dari jauh.

Belum sempat gue melanjutkan, Sammy yang ditunggu akhirnya sampai juga.

Yeja memperhatikan Sammy, yang sepertinya banyak tanya di kepalanya, "Dia siapa lus? Adek lo ya?"

"Pacar" Sammy menyerobot ucapan yang ingin gue keluarkan.

Sammy dengan tegas memperkenalkan dirinya, sebagai sosok kekasih hati dihadapan teman-teman kerja gue. Gue disampingnya, memandangi dengan penuh rasa berdebar-debar.

"Perkenalkan, saya Sammy, saya pacarnya Lusi" Sammy mengangkat tangannya seraya berjabat tangan dengan mereka.

"Gue Yeja"

"Saya Rona"

"Defan"

Yeja, Defan dan Bu Rona, membalas jabat tangan Sammy.

Defan menyenggol bahu gue, "Jadi ini lus saingan gue"

"Apaan sih lo" Gerutu gue.

Udah tinggal keluarnya doang, masih aja bocah bernama Defan itu mencari masalah terhadap gue.

"Kalo yang model gini sih, pasti kalah gue lus" Lanjut Defan menggoda gue.

"Gak kok ka, saya mah belum ada apa-apanya" Sahut Sammy merendah.

"Eleh, gue tau kok elu-" Sammy tiba-tiba saja menutup mulut Defan, entah sedang ada apa ini. Mengapa mereka terlihat sedekat itu, bukankah ini pertemuan kali pertama mereka, yah maksud gue, kedua kalinya setelah kita berdua hampir tertangkap basah di tukang bubur.

Tunggu, apakah mereka?

Apakah mereka bertemu? Sesaat setelah kejadian itu?

Ah masa bodo lah. Daripada memikirkan hal itu, lebih baik isi kepalamu ini dengan langkah kedepannya duhai Lusi.

tbc

loppyuuuu.

Little Boo | SanhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang