22. Mine

52 6 2
                                    

Bismillah, hai hai hai, alhamdulillah untuk waktu yang lama, akhirnya little boo update. Maafin mimin yoow kalo kelamaan😘

🌻

"Gila, gila, gila. Makanannya enak banget" Yeja makan tanpa rasa malu sama sekali. Padahal dari tadi dirinya dilihat oleh Bu Rona.

Bu Rona menyodorkan lebih banyak lauk pauk yang di bawanya, pada mereka berdua, "Pelan-pelan aja makannya, kasian Lusi gak kebagian". Hadirnya Bu Rona, membuat suasana pertemanan mereka semakin ramai. Sosoknya yang sangat keibuan, menjadikan setiap orang yang melihat, akan menyangka mereka keluarga.

"Tenang bu, Lusi kedapetan juga kok" Ujar Lusi yang mengangkat satu alisnya ke Yeja. Yeja tersenyum tipis, dan mengelus bagian kepala Lusi, "Uhh, adik baik. Makin cintah aku padamu lus"

Saat asik-asiknya makan siang, Lusi menghentikan pergerakan tangan dan mulutnya, seperti teringat sesuatu, "Gue lupa. gue kan ada janji"

"Janji?" tanya Yeja.

"Iya, gue lupa ada janji sama Raldo. Gue siang ini mau nemenin dia ketemu klien, di Hotel Yi" Jawab Lusi sambil membenahi kotak makannya.

Bu Rona juga ikut membantunya membereskannya, "Yaudah minum dulu lus, tadi kan kamu habis makan"

glek

Lusi minum dengan cepat dan bergegas pergi.

Dia lari ke meja kerjanya, mengambil kaca di laci meja itu. Membenarkan rambutnya yang acak-acakan, dan menoreh kembali lipstik merah di bibirnya.

"Rapi" Ucap Lusi.

Layaknya sudah ditentukan takdir. Di detik itu juga, Raldo mengirimkan pesan kepada Lusi, untuk menemui dirinya di parkiran kantor. Lusi yang melihat isi pesannya, langsung menuju kesana.

"Raldo" Teriak Lusi sambil melambaikan tangan.

Raldo yang semula bersender, langsung menegapkan tubuhnya.

"Lo udah nunggu lama ya?" tanya Lusi dengan sedikit rasa bersalah.

Dia menggeleng menjawab tanya Lusi, "Gak kok. Justru lo datang di waktu yang tepat"

"Udah yuk masuk" Imbuh Raldo sembari membukakan pintu mobil untuk Lusi. Lusi meng-iya-kan dan langsung menuruti ucapan Raldo. Dalam perjalanan tak banyak yang mereka bicarakan. Lusi pun merasa ada perasaan aneh yang ia rasakan.

Cklek

Pintu mobil di buka oleh Raldo, itu pertanda mereka telah sampai tujuan. Seperti orang yang berbeda, Raldo tak bersuara sesampainya disana. Lusi yang berniat menemani, hanya bisa mengikuti dari belakang, dan tak bertanya. Lusi, dia takut tanyanya membuat keadaan Raldo semakin buruk, itu bukan tanpa alasan. Itu karena tatapan Raldo tak lagi ia kenali, bahkan bulu kuduknya jadi berdiri saat melihat sepintas tatapan Raldo.

"Do, kok kita gak nunggu di lobi hotel?" tanya Lusi sambil menegak sedikit air salivanya.

Raldo menoleh, dan tak menjawab. Dia kembali fokus membuka pintu kamar hotel tersebut. Semakin dia berusaha mehilangkan rasa janggal di hati, malah semakin juga Lusi mendapati keraguan yang menjadi.

"Masuk" Suruh Raldo.

Kembali dia meneguk air salivanya. Hati Lusi berdetak kencang, pemikirinya telah kacau. Jika dia bisa mengulang waktu, ingin sekali dia menolak permintaan dari Raldo, namun mau bagaimana lagi, nasi telah menjadi bubur. Yang sekarang dapat Lusi lakukan adalah, berdoa agar ada seseorang yang menolong dirinya nanti.

Lusi terus berjalan, memasuki kamar tersebut. Dia lalu menoleh kebelakang saat ada suara kunci. "Raldo, lo buat apa kunci pintu. Kan harusnya kita ketemu klien, bukan malah datang ke kamar ini"

Little Boo | SanhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang